Oleh: Hepi Andi Bastoni
Follow: @andibastoni
Ajaran yang orisinil, pemeluk yang berkualitas, sumber daya alam yang melimpah dan warisan kejayaan yang pernah gemilang. Itulah di antara modal umat Islam menyongsong kejayaan.
Harapan untuk tegaknya kejayaan umat Islam, bukan impian. Kekuatan kaum
kuffar saat ini sesungguhnya semu. Persatuan yang mereka galang untuk
memusuhi kaum Muslimin sebenarnya teramat rapuh. ''Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka bercerai berai,'' (QS al-Hasyr: 14). Demikian pesan al-Qur’an.
Di sisi lain, umat Islam mempunyai modal lebih dari cukup untuk bangkit.
Modal itu tak perlu dicari. Sudah ada. Umat Islam tinggal menggali dan
memanfaatkannya dengan baik.
Di antara modal utama umat Islam untuk bangkit adalah potensi syariah
Islam yang tetap orisinil. Syariah Islam adalah warisan yang tak lapuk.
Ia tetap sesuai untuk setiap tempat dan masa. Tak ada di dunia ini satu
agama pun yang mempunyai orisinalitas seperti Islam. Inilah di antara
terjemahan dari janji Allah yang akan menjaga keabadian al-Qur’an. Allah
berfirman, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya,” (QS al-Hijr: 9).
Keaslian al-Qur’an ini merupakan modal utama berhimpunnya umat Islam
dalam satu jamaah. Begitu pun kedudukan hadits yang mempunyai kekhususan
sendiri dalam hal periwayatannya. Tak ada kitab suci yang terjaga
keasliannya seperti al-Qur’an. Tak ada juga materi sejarah yang memakai
sistem periwayatan seperti hadits sehingga keaslianya bisa
dipertanggungjawabkan.
Keaslian dua sumber ini hingga sekarang bahkan sampai kiamat kelak,
tetap akan terjaga. Keduanya bisa menjadi modal utama menuju satu
jamaah. Apa pun bangsa dan jenisnya, umat Islam tetap menggunakan
al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber ajaran.
Modal selanjutnya adalah kuantitas penduduk yang berlimpah. Umat Islam
kini hampir merambah seluruh negeri. Bahkan, di negara-negara Barat
pertumbuhan umat Islam begitu cepat, di luar dugaan semua orang. Isu
terorisme dan usaha pembunuhan karakter terhadap umat Islam yang
dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya, justru berdampak sebaliknya.
Di Belanda, sepanjang 30 tahun terakhir, jumlah umat Islam telah
membengkak dari hanya beberapa ratus orang menjadi lebih dari 300 ribu
orang. Awalnya, hanya terdapat sebuah masjid di Belanda. Kini terdapat
hampir 200 mushalla dan masjid di negara ini, yang semuanya mendapat
sambutan luas dari masyarakat. Di Inggris, arus imigrasi kaum Muslimin
ke Eropa pasca Perang Dunia Kedua telah meningkatkan populasi umat
Islam. Kini, jumlah mereka lebih dari dua juta orang.
Menurut laporan surat kabar Times, setelah peristiwa 11 September 2001,
Islam banyak mendapatkan perhatian dari kalangan warga kulit putih
Inggris yang berekonomi kuat. Penisbatan peristiwa teror kepada umat
Islam malah menyebabkan anak-anak muda dan para peneliti termotivasi
untuk meneliti Islam. Suratkabar Times mengisahkan kehidupan Elizabeth,
seorang anak perempuan dari sebuah keluarga Inggris ternama dan kaya.
Elizabeth telah memeluk Islam di Masjid Regent Park yang terletak di
pusat kota London. Times menulis, Elizabeth bukanlah pengecualian dalam
hal ini, karena tak hanya di Inggris, namun di seluruh Eropa dan
Amerika, terlihat kecenderungan serupa terhadap Islam.
Populasi umat Islam di Jerman merupakan kelompok ketiga terbesar setelah
kaum Protestan dan Katolik. Namun demikian, peningkatan jumlah umat
Islam di Jerman sangat cepat, sehingga saat ini kira-kira 40 persen umat
Islam yang tinggal di Jerman berusia di bawah 18 tahun. Menurut data
statistik 1995, jumlah umat Islam yang tinggal di Jerman sekitar 2,7
juta. Besarnya populasi Muslim di Jerman membuat mereka berubah menjadi
sebuah kekuatan yang tak bisa dipandang enteng.
Menurut Klaus Lagenvis, seorang pakar undang-undang Jerman, masjid
Jerman merupakan tempat bagi kaum Muslimin dari berbagai kelompok untuk
saling menyatukan diri dan meraih rasa percaya diri. Majalah Figaro
terbitan Perancis dalam sebuah makalahnya menulis, “Jumlah kehadiran
umat Islam di masjid dan mushalla sedemikian banyaknya di Jerman,
sehingga Paus Paulus mengimpikan sambutan yang sama terhadap gereja.”
Perancis termasuk negara Eropa yang mempunyai jumlah umat Islam yang
besar karena hubungan sejarahnya dengan sebagian dunia Islam. Islam
merupakan agama terbesar kedua di Prancis setelah Katolik. Jumlah umat
Islam di negara ini hampir 5 juta orang. Beberapa waktu terakhir ini,
pemerintah Prancis memberlakukan undang-undang diskriminatif terhadap
umat Islam dengan melarang Muslimah mengenakan jilbab. Namun demikian,
keteguhan hati Muslimah Prancis untuk tetap memakai jilbab, justru
membuat ajaran Islam semakin tampil cemerlang. Perhatian masyarakat
Barat terhadap kasus pelarangan jilbab malah membuat mereka tertarik
untuk mempelajari Islam.
Masyarakat Eropa kini tengah dibelit oleh berbagai masalah moral dan
sosial. Bila mereka menginginkan kehidupan yang jauh dari kekerasan,
penyimpangan, amoralitas, atau kekacauan, mereka harus menemukan
spiritualitas. Mengenal Islam secara benar akan membuka jalan yang tepat
untuk mengatasi masalah masyarakat Eropa hari ini.
Modal selanjutnya adalah potensi kekayaan alam yang berlimpah. Sebagian
besar negara-negara Islam dikaruniai kekayaan alam berlimpah.
Negara-negara Timur Tengah kaya raya “bermandikan” minyak. Negara-negara
Islam di Asia pun demikian. Curah hujan yang cukup, memungkinkan mereka
untuk hidup dengan beragam tanaman. Bentangan laut dengan segala
isinya menambah kekayaan itu. Semua itu adalah modal untuk menyongsong
kebangkitan.
Seperangkat modal itu dilengkapi lagi dengan potensi warisan peradaban
yang masih ada. Umat Islam di masa lalu pernah memegang dunia. Kini
warisan peradabannya masih bisa disaksikan. Belum ada satu ideologi pun
yang pernah mengalami kejayaan seperti itu. Kejayaan itu adalah modal
kita untuk kembali bangkit. Paling tidak akan meyakinkan kita, bahwa
kejayaan Islam bukan sebuah mimpi. Tapi pernah ada dan akan kembali
terwujud. []
http://www.pkspiyungan.org/2013/10/modal-mengembalikan-kejayaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar