Rabu, 09 Oktober 2013

"Modal Mengembalikan Kejayaan"



Oleh: Hepi Andi Bastoni
Follow: @andibastoni

Ajaran yang orisinil, pemeluk yang berkualitas, sumber daya alam yang melimpah dan warisan kejayaan yang pernah gemilang. Itulah di antara modal umat Islam menyongsong kejayaan.

Harapan untuk tegaknya kejayaan umat Islam, bukan impian. Kekuatan kaum kuffar saat ini sesungguhnya semu. Persatuan yang mereka galang untuk memusuhi kaum Muslimin sebenarnya teramat rapuh. ''Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka bercerai berai,'' (QS al-Hasyr: 14). Demikian pesan al-Qur’an.
Di sisi lain, umat Islam mempunyai modal lebih dari cukup untuk bangkit. Modal itu tak perlu dicari. Sudah ada. Umat Islam tinggal menggali dan memanfaatkannya dengan baik.
Di antara modal utama umat Islam untuk bangkit adalah potensi syariah Islam yang tetap orisinil. Syariah Islam adalah warisan yang tak lapuk. Ia tetap sesuai untuk setiap tempat dan masa. Tak ada di dunia ini satu agama pun yang mempunyai orisinalitas seperti Islam. Inilah di antara terjemahan dari janji Allah yang akan menjaga keabadian al-Qur’an. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya,” (QS al-Hijr: 9).
Keaslian al-Qur’an ini merupakan modal utama berhimpunnya umat Islam dalam satu jamaah. Begitu pun kedudukan hadits yang mempunyai kekhususan sendiri dalam hal periwayatannya. Tak ada kitab suci yang terjaga keasliannya seperti al-Qur’an. Tak ada juga materi sejarah yang memakai sistem periwayatan seperti hadits sehingga keaslianya bisa dipertanggungjawabkan.
Keaslian dua sumber ini hingga sekarang bahkan sampai kiamat kelak, tetap akan terjaga. Keduanya bisa menjadi modal utama menuju satu jamaah. Apa pun bangsa dan jenisnya, umat Islam tetap menggunakan al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber ajaran.
Modal selanjutnya adalah kuantitas penduduk yang berlimpah. Umat Islam kini hampir merambah seluruh negeri. Bahkan, di negara-negara Barat pertumbuhan umat Islam begitu cepat, di luar dugaan semua orang. Isu terorisme dan usaha pembunuhan karakter terhadap umat Islam yang dilakukan Amerika Serikat dan sekutunya, justru berdampak sebaliknya.
Di Belanda, sepanjang 30 tahun terakhir, jumlah umat Islam telah membengkak dari hanya beberapa ratus orang menjadi lebih dari 300 ribu orang. Awalnya, hanya terdapat sebuah masjid di Belanda. Kini terdapat hampir 200 mushalla dan masjid di negara ini, yang semuanya mendapat sambutan luas dari masyarakat. Di Inggris, arus imigrasi kaum Muslimin ke Eropa pasca Perang Dunia Kedua telah meningkatkan populasi umat Islam. Kini, jumlah mereka lebih dari dua juta orang.
Menurut laporan surat kabar Times, setelah peristiwa 11 September 2001, Islam banyak mendapatkan perhatian dari kalangan warga kulit putih Inggris yang berekonomi kuat. Penisbatan peristiwa teror  kepada umat Islam malah menyebabkan anak-anak muda dan para peneliti termotivasi untuk meneliti Islam. Suratkabar Times mengisahkan kehidupan Elizabeth, seorang anak perempuan dari sebuah keluarga Inggris ternama dan kaya. Elizabeth telah memeluk  Islam di Masjid Regent Park yang terletak di pusat kota London. Times menulis, Elizabeth bukanlah pengecualian dalam hal ini, karena tak hanya di Inggris, namun di seluruh Eropa dan Amerika, terlihat kecenderungan serupa terhadap Islam.
Populasi umat Islam di Jerman merupakan kelompok ketiga terbesar setelah kaum Protestan dan Katolik. Namun demikian, peningkatan jumlah umat Islam di Jerman sangat cepat, sehingga saat ini kira-kira 40 persen umat Islam yang tinggal di Jerman berusia di bawah 18 tahun. Menurut data statistik 1995, jumlah umat Islam yang tinggal di Jerman sekitar 2,7 juta. Besarnya populasi Muslim di Jerman membuat mereka berubah menjadi sebuah kekuatan yang tak bisa dipandang enteng.
Menurut Klaus Lagenvis, seorang pakar undang-undang Jerman, masjid Jerman merupakan tempat bagi kaum Muslimin dari berbagai kelompok untuk saling menyatukan diri dan meraih rasa percaya diri. Majalah Figaro terbitan Perancis dalam sebuah makalahnya menulis, “Jumlah kehadiran umat Islam di masjid dan mushalla sedemikian banyaknya di Jerman, sehingga Paus Paulus mengimpikan sambutan yang sama terhadap gereja.”
Perancis termasuk negara Eropa yang mempunyai jumlah umat Islam yang besar karena hubungan sejarahnya dengan sebagian dunia Islam. Islam merupakan agama terbesar kedua di Prancis setelah Katolik. Jumlah umat Islam di negara ini hampir 5 juta orang. Beberapa waktu terakhir ini, pemerintah Prancis memberlakukan undang-undang diskriminatif terhadap umat Islam dengan melarang Muslimah mengenakan jilbab. Namun demikian, keteguhan hati Muslimah Prancis untuk tetap memakai jilbab, justru membuat ajaran Islam semakin tampil cemerlang. Perhatian masyarakat Barat terhadap kasus pelarangan jilbab malah membuat mereka tertarik untuk mempelajari Islam.
Masyarakat Eropa kini tengah dibelit oleh berbagai masalah moral dan sosial. Bila mereka menginginkan kehidupan yang jauh dari kekerasan, penyimpangan, amoralitas, atau kekacauan, mereka harus menemukan spiritualitas. Mengenal Islam secara benar akan membuka jalan yang tepat untuk mengatasi masalah masyarakat Eropa hari ini.
Modal selanjutnya adalah potensi kekayaan alam yang berlimpah. Sebagian besar negara-negara Islam dikaruniai kekayaan alam berlimpah. Negara-negara Timur Tengah kaya raya “bermandikan” minyak. Negara-negara Islam di Asia pun demikian. Curah hujan yang cukup, memungkinkan mereka untuk hidup dengan beragam tanaman. Bentangan laut  dengan segala isinya menambah kekayaan itu. Semua itu adalah modal untuk menyongsong kebangkitan.
Seperangkat modal itu dilengkapi lagi dengan potensi warisan peradaban yang masih ada. Umat Islam di masa lalu pernah memegang dunia. Kini warisan peradabannya masih bisa disaksikan. Belum  ada satu ideologi pun yang pernah mengalami kejayaan seperti itu. Kejayaan itu adalah modal kita untuk kembali bangkit. Paling tidak akan meyakinkan kita, bahwa kejayaan Islam bukan sebuah mimpi. Tapi pernah ada dan akan kembali terwujud. []
 
http://www.pkspiyungan.org/2013/10/modal-mengembalikan-kejayaan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar