Minggu, 15 April 2012

Risalah Ta'lim


RISALAH TA'ALIM
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada imamnya para muttaqin, pemimpin para mujahid, junjungan kami Muhammad saw.; sebagai nabi yang ummi. juga semoga tercurahkan kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya hingga hari Kiamat. Amma ba'du.
Inilah risalahku untuk ikhwah mujahidin dari kalangan Ikhwanul Muslimin yang telah beriman kepada keluhuran dakwahnya dan kepada validitas fikrahnya. Mereka memiliki tekad yang tulus untuk hidup bersamanya dan mati atas namanya. Kepada mereka sajalah uraian ringkas ini kupersembahkan. Ia bukan pelajaran-pelajaran yang harus dihafal, tetapi merupakan petunjuk-petunjuk yang harus diamalkan.
Matilah beraktivitas, wahai saudaraku yang berhati tulus!
"Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.' ''(At-Taubah: 105) "Dan bahwa (yang kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah kamu mengikuti jalam-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa." (Al-An'am: 153).
Adapun selain mereka, kami sediakan untuknya ceramah-ceramah, buku-buku  makalah-makalah, dan training-training. Masing-masing dari mereka memiliki program yang sesuai dengan tuntutannya, dari semuanya dijanjikan oleh Allah pahala yang baik.
Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hasan Al-Banna
Wahai ikhwan yang tulus ... !
Rukun bai'at kita ada sepuluh, hafalkanlah: fahm (pemahaman), ikhlas, amal
(aktivitas), jihad, tadhiyah (pengorbanan), taat (kepatuhan), tsabat (keteguhan), tajarrud
(kemurnian), ukhuwwah, dan tsiqah (kepercayaan).

FAHM
Wahai saudaraku yang tulus ... !
Yang saya maksud dengan fahm (pemahaman) adalah bahwa engkau yakin bahwa fikrah kita adalah 'fikrah islamiyah yang bersih'. Hendaknya engkau memahami Islam, sebagaimana kami memahaminya dalam batas-batas ushul al-'isyrin (dua puluh prinsip) yang sangat ringkas ini:
1.     Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah negara dan tanah air, pemerintah dari umat, akhlak dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan kekayaan alam, penghasilan dan kekayaan jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana juga ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.
2.     Al-Qur'an yang mulia dan Sunah Rasul yang suci adalah tempat kembali setiap muslim untuk memahami hukum-hukum Islam. Ia harus memahami Al-Qur'an sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab, tanpa takalluf (memaksakan diri) dan ta'assuf (serampangan). Selanjutnya ia memahami Sunah yang suci melalui rijalul hadits (perawi hadits) yang terpercaya.
3.     Iman yang tulus, ibadah yang benar, dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) adalah cahaya dan kenikmatan yang ditanamkan Allah di hati hamba- Nya yang Dia kehendaki. Sedangkan ilham, lintasan perasaan, ketersingkapan (rahasia alam), dan mimpi, ia bukanlah bagian dari dalil hukum-hukum syariat. Ia bisa juga dianggap dalil dengan syarat tidak bertentangan dengan hukum-hukum agama dan teks-teksnya.
4.     Jimat, mantera, guna-guna, ramalan, perdukunan, penyingkapan perkara ghaib, dan semisalnya, adalah kemunkaran yang harus diperangi, kecuali mantera dari ayat Qur'an atau ada riwayat dari Rasulullah saw.
5.     Pendapat imam atau wakilnya tentang sesuatu yang tidak ada teks hukumnya, tentang sesuatu yang mengandung ragam interpretasi, dan tentang sesuatu yang membawa kemaslahatan umum, bisa diamalkan sepanjang tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah umum syariat. Ia mungkin berubah seiring dengan perubahan situasi, kondisi, dan tradisi setempat. Yang prinsip, ibadah itu diamalkan dengan kepasrahan total tanpa mempertimbangkan makna. Sedangkan dalam urusan selain ibadah (adat-istiadat), maka harus mempertimbangkan maksud dan tujuannya.
6.     Setiap orang boleh diambil atau ditolak kata-katanya, kecuali Al-Ma'shum (Rasulullah) saw. Setiap yang datang dari kalangan salaf dan sesuai dengan Kitab dan Sunah, kita terima. Jika tidak sesuai dengannya, maka Kitabullah dan Sunnah RasulNya lebih utama untuk diikuti. Namun demikian, kita tidak boleh melontarkan kepada orang-orang -oleh sebab sesuatu yang diperselisihkan dengannya- kata-kata caci maki dan celaan. Kita serahkan saja kepada niat mereka, dan mereka telah berlalu dengan amal-amalnya.
7.     Setiap muslim yang belum mencapai kemampuan telaah terhadap dalil-dalil hokum furu' (cabang), hendaklah mengikuti pemimpin agama. Meskipun demikian, alangkah baiknya jika -bersamaan dengan sikap mengikutnya ini- ia berusaha semampu yang ia lakukan untuk mempelajari dalil-dalilnya. Hendaknya ia menerima setiap masukan yang disertai dengan dalil selama ia percaya dengan kapasitas orang yang memberi masukan itu. Dan hendaknya ia menyempurnakan kekurangannya dalam hal ilmu pengetahuan Jika ia termasuk orang pandai, hingga mencapai derajat pentelaah.
8.     Khilaf dalam masalah fiqih furu' (cabang) hendaknya tidak menjadi faktor pemecah belah dalam agama, tidak menyebabkan permusuhan dan tidak juga kebencian. Setiap mujtahid mendapatkan pahalanya. Sementara itu, tidak ada larangan melakukan studi ilmiah yang jujur terhadap persoalan khilafiyah dalam naungan kasih sayang dan saling membantu karena Allah untuk menuju kepada kebenaran. Semua itu tanpa melahirkan sikap egois dan fanatik.
9.     Setiap masalah yang amal tidak dibangun di atasnya -sehingga menimbulkan perbincangan yang tidak perlu- adalah kegiatan yang dilarang secara syar'i. Misalnya memperbincangkan berbagai hukum tentang masalah yang tidak benar-benar terjadi, atau memperbincangkan makna ayat-ayat Al-Qur'an yang kandungan  maknanya tidak dipahami oleh akal pikiran, atau memperbincangkan perihal perbandingan keutamaan dan perselisihan yang terjadi di antara para sahabat (padahal masing-masing dari mereka memiliki keutamaannya sebagai sahabat Nabi dan pahala niatnya) Dengan ta'wil (menafsiri baik perilaku para sahabat) kita terlepas dari persoalan.
10.  Ma'rifah kepada Allah dengan sikap tauhid dan penyucian (dzat)-Nya adalah setinggi-tinggi tingkatan aqidah Islam. Sedangkan mengenai ayat-ayat sifat dan hadits-hadits shahih tentangnya, serta berbagai keterangan mutasyabihat yang berhubungan dengannya, kita cukup mengimaninya sebagaimana adanya tanpa ta'wil dan ta'thil, serta tidak memperuncing perbedaan yang terjadi di antara para ulama. Kita mencukupkan diri dengan keterangan yang ada, sebagaimana Rasulullah saw. dan para sahabatnya mencukupkan diri dengannya. "Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, 'Kami beriman kepada ayatayat Ya g mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami."' (Ali lmran: 7)
11.  Setiap bid'ah dalam agama Allah yang tidak ada pijakannya tetapi dianggap baik oleh hawa nafsu manusia, baik berupa penambahan maupun pengurangan, adalah kesesatan yang wajib diperangi dan dihancurkan dengan menggunakan cara yang sebaik-baiknya, yang tidak justru menimbulkan bid'ah lain yang lebih parah.
12.  Perbedaan pendapat dalam masalah bid'ah idhafiyah), bid'ah tarkiyah), dan iltizam) terhadap ibadah mutlaqah (yang tidak diterapkan, baik cara maupun waktunya) adalah perbedaan dalam. masalah fiqih. Setiap orang mempunyai pendapat sendiri. Namun tidaklah mengapa jika. dilakukan penelitian untuk mendapatkan hakekatnya dengan dalil dan bukti-bukti.
13.  Cinta kepada orang-orang yang shalih, memberikan penghormatan kepadanya, dan memuji karena perilaku baiknya adalah bagian dari taqarrub kepada Allah swt. Sedangkan para wali adalah mereka yang disebut dalam firman-Nya, "Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka itu bertaqwa." Karamah pada mereka itu benar terjadi jika memenuhi syarat-syarat syar'inya. Itu semua dengan suatu keyakinan bahwa mereka -semoga Allah meridhai merekatidak memiliki madharat dan manfaat bagi dirinya, baik ketika masih hidup maupun setelah mati, apalagi bagi orang lain.
14.  Ziarah kubur-kubur siapa pun- adalah sunah yang disyariatkan dengan cara-cara yang diajarkan Rasulullah saw. Akan tetapi, meminta pertolongan kepada penghuni kubur siapa pun mereka, berdoa kepadanya, memohon pemenuhan hajat (baik dari jarak dekat maupun dari kejauhan), bernadzar untuknya, membangun kuburnya, menutupinya dengan satir, memberikan penerangan, mengusapnya (untuk mendapatkan barakah), bersumpah dengan selain Allah dan segala sesuatu yang serupa dengannya adalah bid'ah besar yang wajib diperangi. juga janganlah mencari ta'wil (baca: pembenaran) terhadap berbagai perilaku itu, demi menutup pintu fitnah yang lebih parah lagi.
15.  Doa, apabila diiringi tawasul kepada Allah dengan salah satu makhluk-Nya adalah perselisihan furu'menyangkut tata cara berdoa, bukan termasuk masalah aqidah.
16.  Istilah ' (keliru) yang sudah mentradisi) tidak mengubah hakekat hukum syar'inya. Akan tetapi, ia harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan syariat itu, dan kita berpedoman dengannya. Di samping itu, kita harus berhati-hati terhadap berbagai istilah yang menipu), yang sering digunakan dalam pembahasan masalah dunia dan agama. lbrah itu ada pada esensi di balik suatu nama, bukan pada nama itu sendiri.
17.  Aqidah adalah pondasi aktivitas; aktivitas hati lebih penting daripada aktivitas fisik Namun, usaha untuk menyempurnakan keduanya merupakan tuntutan syariat, meskipun kadar tuntutan masing-masingnya berbeda.
18.  Islam itu membebaskan akal pikiran, menghimbaunya untuk melakukan telaah terhadap alam, mengangkat derajat ilmu dan ulamanya sekaligus, dan menyambut hadirnya segala sesuatu yang melahirkan maslahat dan manfaat. "Hikmah adalah barang yang hilang milik orang yang beriman (mukmin). Barangsiapa mendapatkannya, ia adalah orang yang paling berhak atasnya."
19.  Pandangan syar'i dan pandangan logika memiliki wilayahnya masing-masing yang tidak dapat saling memasuki secara sempurna. Namun demikian, keduanya tidak pernah berbeda (selalu beririsan) dalam masalah yang qath'i (absolut) Hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat yang tsabitah (jelas). Sesuatu yang zhanni (interpretable) harus ditafsirkan agar sesuai dengan yang qath'i. Jika yang berhadapan adalah dua hal yang sama-sama zhanni, maka pandangan yang syar'i lebih utama untuk diikuti sampai logika mendapatkan legalitas kebenarannya, atau gugur sama sekali.
20.  Kita tidak mengkafirkan seorang muslim, yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat, mengamalkan kandungannya, dan menunaikan kewajiban-kewajibannya, baik karena lontaran pendapat maupun karena kemaksiatannya, kecuali jika ia mengatakan kata-kata kufur, mengingkari sesuatu yang telah diakui sebagai bagian penting dari agama, mendustakan secara terang-terangan Al-Qur'an, menafsirkannya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab, atau berbuat sesuatu yang tidak mungkin diinterpretasikan kecuali dengan tindakan kufur Apabila seorang muslim memahami ajaran agamanya dengan batasan kaidahkaidah di atas, berarti ia telah mengetahui makna syiarnya: 'Al-Qur'an adalah dustur kami dan Rasul adalah qudwah kami."

IKHLAS
Yang kami kehendaki dengan ikhlas adalah bahwa seorang al-akh muslim dalam setiap kata-kata, aktivitas, dan jihadnya, semua harus dimaksudkan semata-mata untuk mencari ridha Allah dan pahala-Nya, tanpa mempertimbangkan aspek kekayaan, penampilan, pangkat, gelar, kemajuan, atau keterbelakangan.. Dengan itulah, ia menjadi tentara fikrah dan aqidah, bukan tentara kepentingan dan ambisi pribadi. "Katakanlah, 'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, adalah karena
Allah Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku."' (Al-An'am: 162-1630)
Dengan demikian, pahamlah saudaraku muslim makna slogan abadinya; Allah tujuan kami, Allah mahabesar, segala puji bagi-Nya.

AMAL
Yang saya maksud dengan amal (aktivitas) adalah bahwa ia merupakan buah dari ilmu dan keikhlasan. "Dan katakanlah, 'Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghailb dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan,"' (At-Taubah: 105)
Adapun tingkatan amal yang dituntut dari seorang akh yang tulus adalah:
1.     Perbaikan diri sendiri, sehingga ia menjadi orang yang kuat fisiknya, kokoh akhlaknya, luas wawasannya, mampu mencari penghidupan, selamat aqidahnya, benar ibadahnya, pejuang bagi dirinya sendiri, penuh perhatian akan waktunya, rapi urusannya, dan bermanfaat bagi orang lain. Itu semua harus dimiliki oleh masingmasing akh.
2.     Pembentukan keluarga muslim, yaitu dengan mengkondisikan keluarga agar menghargai fikrahnya, menjaga etika Islam dalam setiap aktivitas kehidupan rumah tangganya, memilih istri yang baik dan menjelaskan kepadanya hak dan kewajibannya, mendidik anak-anak dan pembantunya dengan didikan yang baik, serta membimbing mereka dengan prinsip-prinsip Islam.
3.     Bimbingan masyarakat, yakni dengan menyebarkan dakwah, memerangi perilaku yang kotor dan munkar, mendukung perilaku utama, amar ma'ruf, bersegera mengerjakan kebaikan, menggiring opini umum untuk memahami fikrah islamiyah dan mencelup praktek kehidupan dengannya terus-menerus. Itu semua adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap akh sebagai pribadi, juga kewajiban bagi jamaah sebagai institusi yang dinamis.
4.     Pembebasan tanah air dari setiap penguasa. asing -non-Islam- baik secara politik, ekonomi, maupun moral.
5.     Memperbaiki keadaan pemerintah, sehingga menjadi pemerintah Islam yang baik. Dengan begitu ia dapat memainkan perannya sebagai pelayan umat dan pekerja yang bekerja demi kemaslahatan mereka. pemerintah Islam adalah pemerintah yang anggotanya terdiri dari kaum muslimin yang menunaikan kewajiban-kewajiban Islam, tidak berterang-terangan dengan kemaksiatan, dan konsisten menerapkan hukum-hukum serta ajaran Islam. Tidaklah mengapa menggunakan orang-orang non-Islam -jika dalam keadaan darurat- asalkan bukan untuk posisi jabatan strategis. Tidak terlalu penting mengenai bentuk dan nama jabatan itu, selama sesuai dengan kaidah umum dalam sistem undangundang Islam, maka boleh. Beberapa sifat yang dibutuhkan antara lain: rasa tanggung jawab, kasih sayang kepada rakyat, adil terhadap semua orang, tidak tamak terhadap kekayaan negara, dan ekonomis dalam penggunaannya Beberapa kewajiban yang harus ditunaikan antara lain: menjaga keamanan, menerapkan undang-undang, menyebarkan nilai-nilai ajaran, mempersiapkan kekuatan, menjaga kesehatan, melindungi keamanan umum, mengembangkan investasi dan menjaga kekayaan, mengokohkan mentalitas, serta menyebarkan dakwah. Beberapa haknya -tentu, jika telah ditunaikan kewajibannya- antara lain loyalitas dan ketaatan, serta pertolongan terhadap jiwa dan hartanya. Apabila ia meng baikan kewajibannya, maka berhak atasnya nasehat dan bimbingan, lalu -jika tidak ada perubahan- bisa diterapkan pemecatan dan pengusiran. Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Khaliq.
6.     Usaha mempersiapkan seluruh aset negeri di dunia ini untuk kemaslahatan umat Islam. Hal demikian itu dilakukan dengan cara membebaskan seluruh negeri, membangun kejayaannya, mendekatkan peradabannya, dan menyatukan katakatanya, sehingga dapat mengembalikan tegaknya kekuasan khilafah yang telah hilang dan terwujudnya persatuan yang di impi-impikan bersama.
7.     Penegakan kepemimpinan dunia dengan penyebaran dakwah Islam di seantero negeri. "Sehingga tidak ada lagi fitnah dan agama itu hanya untuk Allah belaka." (Al- Baqarah: 193) "Dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya." (At-Taubah: 32) Empat yang terakhir ini wajib ditegakkan oleh jamaah dan oleh setiap akh sebagaianggota dalam jamaah itu. Sungguh, betapa besarnya tanggung jawab ini dan betapa agungnya tujuan ini. Orang melihatnya sebagai khayalan, sedangkan seorang muslim melihatnya sebagai kenyataan. Kita tidak pernah putus asa meraihnya dan –bersama Allah- kita memiliki cita-cita luhur. "Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan orang tidak Mengetahuinya " (Yusuf: 2

JIHAD
Yang saya maksud dengan jihad adalah sebuah kewajiban yang tetap hukumnya hingga hari kiamat. ini merupakan kandungan dari apa yang disabdakan Rasulullah saw.,"Barangsiapa mati sementara ia belum pernah berperang atau berniat untuk berperang, ia mati dalam keadaan jahiliyah." Peringkat pertama jihad adalah pengingkaran dengan hati, dari peringkat terakhirnya adalah perang di jalan Allah. Sedangkan antara keduanya terdapat jihad dengan lisan, pena, tangan, dan kata-kata yang benar di hadapan penguasa yang zhalim. Tidaklah menjadi hidup, kecuali dengan jihad. Kadar ketinggian dakwah dan keluasan bentangan ufuknya adalah penentu bagi sejauhmana keagungan jihad di jalannya dan sejauh mana pula harga yang harus ditebus untuk mendukungnya. Sedangkan
keagungan pahalanya diberikan kepada para mujahid. "Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benar." (Al-Hajj: 78). Dengan demikian engkau telah mengerti slogan abadimu: jihad adalah jalan kami.

TADHHIYAH
Yang saya maksud dengan tadhhiyah (pengorbanan) adalah pengorbanan jiwa harta, waktu, kehidupan, dan segala sesuatu yang dipunyai oleh seseorang untuk meraih tujuan. Tidak ada perjuangan didunia ini, kecuali harus disertai dengan pengorbanan. Demi fikrah kita, janganlah engkau mempersempit pengorbanan, karena sungguh ia memiliki balasan yang agung dan pahala yang indah. Barangsiapa bersantai-santai saja ketika bersama kami, maka ia berdosa. "Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang beriman, diri dan harta mereka." (At-Taubah: 111) ."Katakanlah, 'Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatir kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasulnya, dan dari berjihad di jalan-nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (At-Taubah: 24). "Jika engkau semua taat, niscaya Allah memberimu balasan yang baik." Dengan demikian, engkau telah mengetahui makna slogan abadimu: gugur dijalan Allah adalah setinggi-tinggi cita-cita kami.
TAAT
Yang saya kehendaki dengan taat (kepatuhan) adalah menjalankan perintah dan merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas. Demikian itu karena tahapan dakwah ini ada tiga:
Ta'rif
Dalam tahapan ini dakwah dilakukan dengan menyebarkan fikrah Islam di tengah masyarakat. Adapun sistem dakwah untuk tahapan ini adalah sistem kelembagaan. Urgensinya adalah kerja sosial bagi kepentingan umum, sedangkan medianya adalah nasehat dan bimbingan sekali waktu, dan membangun berbagai tempat yang berguna diwaktu yang lain, juga berbagai media aktivitas lainnya. Semua syu'bah (cabang) Ikhwan yang ada sekarang adalah representasi dari tahapan ini dalam kehidupan dakwahnya. Ia terkoordinir dalam 'undang-undang pokok' yang telah disyarah oleh berbagai risalah dan penerbitan Ikhwan. Dakwah, pada tahapan ini, bersifat umum.
Jamaah menjalin hubungan dengan orang yang ingin memberikan kontribusi bagi aktivitasnya dan ingin ikut menjaga prinsip-prinsip ajarannya. Ketaatan yang tanpa reserve -pada tahapan ini- tidaklah dituntut, bahkan tidak lazim. Tingkatannya seiring dengan kadar penghormatannya kepada sistem dan prinsip-prinsip umum jamaah.
Takwin
Dalam tahapan ini dakwah ditegakkan dengan melakukan seleksi terhadap anasir positif untuk memikul beban jihad dan untuk menghimpun berbagai bagian yang ada. Sistem dakwah -pada tahapan ini- bersifat tasawwuf murni dalam tataran ruhani, dan bersifat militer dalam tataran operasional. Slogan untuk dua aspek ini adalah: perintah dan taat- tanpa ragu dan bimbang, Semua katibah (batalyon) Ikhwan yang ada kini adalah representasi dari tahapan ini dalam kehidupan dakwahnya. Ia terhimpun dalam risalah manhaj yang lalu. Dakwah pada tahapan ini bersifat khusus. Tidak dapat dikerjakan oleh seseorang kecuali yang memiliki kesiapan secara benar untuk memikul beban jihad yang panjang masanya dan berat tantangannya. slogan utama dalam persiapan ini adalah: totalitas ketaatan.
Tanfidz
Dakwah dalam tahapan ini adalah jihad; tanpa kenal sikap plin-plan, kerja terusmenerus untuk menggapai tujuan akhir, serta kesiapan menanggung cobaan dan ujian yang tidak mungkin bersabar atasnya, kecuali orang-orang yang tulus. Dakwah ini tidaklah dapat meraih keberhasilan, kecuali dengan "ketaatan yang total" juga. Untuk inilah, shaf pertama Ikhwanul Muslimin berbai'at pada bulan Rabiul Awal 1359 H. Dengan bergabungnya kalian dalam katibah ini, dengan sikap menerima kalian akan risalah ini, dan dengan kesetiaan kalian kepada bai'at ini, kalian telah berada di tingkatan kedua menuju tingkatan yang ketiga. Tunaikan tanggung Jawab yang telah dipikulkan kepadamu dan siapkan dirimu untuk setia kepadanya.

TSABAT
Yang saya kehendaki dengan tsabat (keteguhan) adalah bahwa seorang akh hendaknya senantiasa bekerja sebagai mujahid di jalan yang mengantarkan pada tujuan, betapa pun jauh jangkauannya dan lama waktunya, sehingga bertemu dengan Allah dalam keadaan demikian, sedangkan ia telah berhasil mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: meraih kemenangan atau syahid di jalan-Nya. "Di antara orang-orang beriman itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjilkan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antaramereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak mengubah (janjinya)," (Al-Ahzab: 23). Waktu bagi kita adalah bagian dari solusi. Sedangkan jalan yang akan kami tempuh ini lama masanya, panjang tahapannya, dan banyak tantangannya. Namun, dialah satusatunya jalan yang dapat mengantarkan kepada tujuan dengan janji imbalan yang besar dan pahala yang indah. Itu semua karena setiap sarana dakwah kita -yang berjumlah enam macammembutuhkan kesiapan yang baik, penetapan waktu yang tepat, dan pelaksanaan yang cermat. Semua itu sangat dipengaruhi oleh waktu. "Mereka berkata, 'Kapan itu (akan terjadi)? 'Katakanlah,' Mudah-mudahan waktu
berbangkit itu dekat." (Al-isra': 51)

TAJARRUD
Yang saya maksud dengan tajarrud (kemurnian) adalah bahwa engkau harus membersihkan pola pikirmu dari berbagai prinsip nilai lain dan pengaruh individu, karena ia adalah setinggi-tinggi dan selengkap-lengkap fikrah. "Shibghah Allah Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah?" (Al-Baqarah: 138) "Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orangorang yang bersama dengan dia ketika mereka berkata kepada kaum mereka,'Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja."' (Al-Mumtahanah: 4) Manusia, dalam pandangan akh yang tulus adalah salah satu dari enam golongan: muslim yang pejuang, muslim yang duduk-duduk, muslim pendosa, dzimmi atau muahid (orang kafir yang terikat oleh perjanjian damai), muhayid (orang kafir yang dilindungi), atau muharib (orang kafir yang memerangi). Masing-masing dari mereka memiliki hukumnya sendiri dalam timbangan Islam. Dalam batas-batas inilah individu
atau lembaga ditimbang; berhakkah ia mendapatkan loyalitas atau sebaliknya: permusuhan?

UKHUWAH
Yang saya maksud dengan ukhuwah adalah terikatnya hati dan ruhani dengan ikatan aqidah. Aqidah adalah sekokoh-kokoh ikatan dan semulia-mulianya.Ukhuwah adalah saudaranya keimanan, sedangkan perpecahan adalah saudara kembarnya kekufuran. Kekuatan yang pertama adalah kekuatan persatuan; tidak ada persatuan tanpa cinta kasih; minimal cinta kasih adalah kelapangan dada dan maksimalnya adalah itsar (mementingkan orang lain dari diri sendiri). "Barangsiapa dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Al-Hasyr: 9)
Al-Akh yang tulus melihat saudara-saudaranya yang lain lebih utama daripada dirinya. sendiri, karena ia, jika tidak bersama mereka, tidak dapat bersama yang lain. Sementara mereka, jika tidak dengan dirinya, dapat bersama dengan orang lain. Dan sesungguhnya serigala hanya makan kambing yang terlepas sendirian. Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat sebuah bangunan, yang satu mengokohkan yang lain. "Orang-orang mukmin laki-laki dan orang-orang mukmin perempuan, sebagian mereka menjadi pelindung bagi lainnya. Demikianlah seharusnya kita.

TSIQAH
Yang saya maksudkan dengan tsiqah (kepercayaan) adalah rasa puasnya seorang tentara atas komandannya, dalam hal kapasitas kepemimpinannya maupun keikhlasannya, dengan kepuasan mendalam yang menghasilkan perasaan cinta, penghargaan, penghormatan, dan ketaatan. "Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap sesuatu keputusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya." (An-Nisa: 65). Pemimpin adalah unsur penting dakwah; tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan.
Kadar kepercayaan -yang timbal balik antara pemimpin dan pasukan menjadi neraca yang menentukan sejauhmana kekuatan sistem jamaah, ketahanan khithahnya, keberhasilannya mewujudkan tujuan, dan ketegarannya menghadapi berbagai tantangan. "Maka lebih utama bagi mereka; ketaatan dan perkataan yang baik." Kepemimpinan -dalam dakwah Ikhwan- menduduki posisi orang tua dalam hal ikatan hati, posisi guru dalarn hal fungsi kepengajaran, posisi syaikh dalam aspek pendidikan ruhani, dan posisi pemimpin dalam aspek penentuan kebijakan politik secara umum bagi dakwah. Dakwah kami menghimpun pengertian ini secara keseluruhan, dan tsiqah kepada kepemimpinan adalah segala-galanya bagi keberhasilan dakwah. Karenanya, akh yang tulus harus bertanya kepada diri sendiri tentang ini, untuk mengetahui sejauhmana kepercayaan dirinya terhadap kepemimpinan yang ada:
1.     Apakah sejak dahulu ia mengenal pemimpinnya, apakah pernah mempelajari riwayat hidupnya?
2.     Apakah ia percaya kepada kapasitas dan keikhlasannya?
3.     Apakah ia siap menganggap semua instruksi -yang diputuskan oleh pemimpin untuknya, tanpa maksiat tentu- sebagai instruksi yang harus dilaksanakan tanpa reserve, tanpa ragu, tanpa ditambah dan tanpa dikurangi, dengan keberanian memberi nasehat dan peringatan untuk tujuan yang benar?
4.     Apakah ia siap untuk menganggap dirinya salah dan pemimpinnya benar, jika terjadi pertentangan antara apa yang diperintahkan pemimpin dan apa yang ia ketahui dalam masalah-masalah ijtihadiyah yang tidak ada teks tegasnya dalam syariat?
5.     Apakah ia siap untuk meletakkan seluruh aktivitas kehidupannya dalam kendali dakwah? Apakah dalam pandangannya- pemimpin memiliki hak untuk men-tarjih (menimbang dan memutuskan) antara kemaslahatan dirinya dan kemaslahatan dakwah secara umum?
Dengan jawaban yang disampaikan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut atau yang semacamnya, akh dapat mengetahui sejauhmana kadar ikatan dan kepercayaannya terhadap pemimpin. Adapun hati, ia berada di 'genggaman' Allah; Dia menggerakkannya sekehendak-Nya.
"Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Al-Anfal: 63)
Wahai Ikhwan yang tulus...
Imanmu kepada bai'at ini mengharuskanmu untuk menunaikan kewajibankewajiban berikut, sehingga engkau menjadi 'batu bata' yang kutat bagi bangunan:
1.     Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hati.
2.     Hendaklah engkau membaca Al-Qur'an dengan baik, memperhatikannya dengan seksama, dan merenungkan artinya. Hendaklah engkau juga mengkaji sirah Nabi dan sejarah para salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku yang dirasa mencukupi kebutuhan ini minimal adalah buku Humatul Islam. Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasul Allah saw., minimal hafal empat puluh hadits; ditekankan untuk Al-Arba'in AnNawawiyah. Dan hendaklah engkau mengkaji risalah tentang pokok-pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.
3.     Hendaklah engkau bersegera melakukan general check up secara berkala atau berobat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktorfaktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, dan hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.
4.     Hendaklah engkau menjauhi berlebihan dalam menkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang semisalnya, janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat, dan hendaklah engkau menghindar sama sekali dari rokok.
5.     Hendaklah engkau perhatikan urusan kebersihan dalam segala hal, menyangkut: tempat tinggal, pakaian, makanan, badan, dan tempat kerja, karena agama ini dibangun di atas dasar kebersihan.
6.     Hendaklah engkau jujur dalam berkata, jangan sekali-kali berdusta.
7.     Hendaklah engkau menepati janji, janganlah mengingkarinya, betapa pun kondisi yang engkau hadapi.
8.     Hendaklah engkau pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus-terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.
9.     Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan berkesan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar, senyum, dan tawa.
10.  Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan sensitif, sangat mudah terpengaruh (peka) oleh kebaikan dan keburukan; yakni munculnya rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang kedua. Hendaklah pula engkau rendah hati tanpa menghina diri, bersikap taklid (yes man), dan terlalu berlunak hati. Dan hendaklah engkau memuntat -dari orang lain- lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabarmu yang sesungguhnya.
11.  Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara, pada setiap situasi. janganlah kemarahan melalaikanmu untuk berbuat kebaikan, janganlah mata keridhaan engkau pejamkan dari perilaku yang buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang yang paling dekat denganmu.
12.  Hendaklah engkau menjadi pekerja keras (work aholic) dan terlatih dalam menangani aktivitas sosial. Hendaklah engkau merasa bahagia jika dapat mempersembahkan bakti untuk orang lain, gemar membesuk orang sakit, membantu orang yang membutuhkan, menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang yang tertimpa musibah meskipun hanya dengan katakata yang baik, dan senantiasa bersegera berbuat kebaikan.
13.  Hendaklah engkau berhad kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada manusia maupun binatang, berperilaku baik dalarn berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial Islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar, memberi tempat kepada orang lain dalam majelis, tidak memata-matai, tidak menggunjing, tidak mengumpat, meminta izin jika masuk maupun keluar rumah, dan lain-lain.
14.  Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis, memperbanyak menelaah terhadap risalah Ikhwan, koran, majalah, dan tulisan lainnya. Hendaklah engkau membangun perpustakaan khusus, seberapa pun ukurannya; konsentrasi terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau seorang Spesialis; menguasai persoalan Islam secara umum penguasaan yang membuatnya dapat membangun persepsi yang baik untuk menjadi referensi bagi pemahaman terhadap tuntutan fikrah.
15.  Hendaklah engkau memiliki proyek usaha ekonomi betapapun kayanya engkau, utamakan proyek mandiri betapapun kecilnya, dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu betapa pun tingginya kapasitas keilmuanmu.
16.  Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sesempit-sempit pintu rezeki. Namun jangan engkau tolak, jika diberi peluang untuk itu. janganlah engkau melepaskannya, kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.
17.  Hendaklah engkau perhatikan penunaian tugas-tugasmu; bagaimana kualitasnya dan kecermatannya, jangan mempu, dan hendaklah menepati kesepakatan.
18.  Hendaklah engkau memenuhi hakmu dengan baik dan memenuhi hak-hak orang lain dengan sempurna, tanpa dikurangi dan berlebihan; janganlah pula engkau menunda-nunda pekerjaan.
19.  Hendaklah engkau menjauhkan judi dengan segala macamnya, betapapun maksud di baliknya; dan hendaklah engkau menjauhi mata pencaharian yang haram, betapapun keuntungan besar yang ada di baliknya.
20.  Hendaklah engkau menjauh dari riba dalam setiap aktivitasmu, dan sucikan ia dari riba sama sekali.
21.  Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan proyek-proyek ekonomi Islam. Hendaklah engkau juga menjaga setiap keping mata uang agar tidak jatuh ke tangan orang non-Islam dalam keadaan bagaimanapun. jangan berpakaian dan jangan makan kecuali dari produk negerimu yang Islam.
22.  Hendaklah engkau memiliki kontribusi finansial dalam dakwah, engkau tunaikan kewajiban zakatmu, dan jadikan sebagian dari hartamu itu untuk orang yang meminta dan orang yang kekurangan, betapa pun kecil penghasilanmu.
23.  Hendaklah engkau menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit, betapa pun sedikit, dan jangan sekali-kali menyusahkan dirimu untuk mengejar kesempurnaan.
24.  Hendaklah engkau bekerja -semampu yang engkau bisa lakukan- untuk menghidupkan tradisi Islam dan mematikan tradisi asing dalam setiap aspek kehidupanmu. Misalnya ucapan salam, bahasa, sejarah, pakaian, perabot rumah tangga, cara. kerja dan istirahat, cara makan dan minum, cara datang dan pergi, serta gaya. melampiaskan rasa suka dan duka. Hendaklah engkau menjaga. Sunah dalam setiap aktivitas tersebut.
25.  Hendaklah engkau memboikot peradilan-peradilan setempat atau seluruh peradilan yang tidak islami. Demikian juga gelanggang-gelanggang, penerbitan-penerbitan, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah, dan segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara total.
26.  Hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi oleh Allah, mengingat akhirat, dan bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk menuju ridha Allah dengan tekad yang kuat, mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah sunah, seperti: shalat malam, puasa tiga hari -minimal- setiap bulan, memperbanyak dzikir (hati dan lisan), dan berusaha mengamalkan doa yang diajarkan pada setiap kesempatan.
27.  Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan untuk senantiasa dalam keadaan berwudhu di sebagian besar waktumu.
28.  Hendaklah engkau shalat dengan baik dan senantiasa tepat waktu dalam menunaikannya. Usahakan untuk senantiasa berjamaah di masjid jika itu mungkin dilakukan.
29.  Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji dengan baik, jika engkau mampu melakukannya. Kerjakanlah sekarang juga jika engkau telah mampu.
30.  Hendaklah engkau senantiasa menyertai dirimu dengan niat jihad dan cinta mati syahid, Bersiaplah untuk itu, kapan saja kesempatannya tiba.
31.  Hendaklah engkau senantiasa memperbarui taubat dan istighfarmu, dan berhatihatilah terhadap dosa yang kecil, apalagi dosa yang besar. Sediakan -untuk dirimubeberapa saat sebelum tidur untuk introspeksi diri terhadap apa-apa vang telah engkau lakukan, yang baik maupun yang buruk. Perhatikan waktumu, karena waktu adalah kehidupan itu sendiri. janganlah engkau pergunakan ia -sedikit pun- tanpa guna, dan janganlah engkau ceroboh terhadap hal-hal yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam kubangan yang haram.
32.  Hendaklah engkau berjuang meningkatkan kapasitasmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan. Hendaklah engkau menundukkan pandanganmu, menekan emosimu, dan memotong habis seleraselera rendah dari jiwamu, bawalah ia hanya untuk menggapai yang halal dan baik, dan hijabilah ia dari yang haram, dalam keadaan bagaimanapun.
33.  Hendaklah engkau jauhi khamer dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya.
34.  Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rusak, serta jauhilah tempat-tempat maksiat.
35.  Hendaklah engkau perangi tempat-tempat iseng; jangan sekali-kali mendekatinya, dan hendaklah engkau jauhi gaya hidup mewah dan bersantal-santai.
36.  Hendaklah engkau mengetahui anggota katibah-mu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap, juga kenalkan dirimu kepada mereka dengan selengkapnya. Tunaikan hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya; hak kasih sayang, penghargaan. pertolongan, dan itsar. Hendaklah engkau senantiasa hadir di majelis mereka dan tidak absen, kecuali karena udzur darurat, dan pegang teguhlah sikap itsar dalam pergaulanmu dengan mereka.
37.  Hendaklah engkau hindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrahmu, terutama jika diperintahkan untuk itu. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di mana pun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang segala kondisi yang melingkupimu. janganlah engkau berbuat sesuatu yang berdampak strategis, kecuali dengan seizinnya. Hendaklah,senantiasa engkau menempatkan dirimu sebagai 'tentara yang berada di tangsi, yang tengah menanti instruksi komandan.
Wahai Ikhwan yang tulus ... !
Inilah bingkai global dakwahmu dan penjelasan ringkas fikrahmu. Engkau dapat menghimpun prinsip-prinsip ini dalam lima slogan: Allah ghayatuna (Allah adalah tujuan kami), Ar-Rasul qudwatuna (Rasul adalah teladan kami), Al-Qur'an syir'atuna (Qurban adalah undang-undang kami), Al-Jihad sabiluna (jihad adalah jalan kami), dan Asy-Syahadah umniyyatuna (Mati syahid adalah cita-cita kami). Engkau pun juga bisa menghimpunnya dalam berbagai kata berikut: kesederhanaan, tilawah, shalat, keprajuritan, dan akhlak.
Cengkeramlah secara sungguh-sungguh bimbingan ini. Jika tidak demikian maka engkau akan jatuh dalam barisan qa'idin (yang duduk-duduk santai) yang akan mengantarkanmu menjadi pemalas dan tukang iseng. Saya yakin, jika engkau mengetahuinya dengan baik dan' engkau menjadikannya cita-cita dan orientasi hidupmu, maka balasanmu adalah kehormatan hidup di dunia dan kebajikan serta ridha di akhirat. Engkau adalah bagian dari kami dan kami bagian darimu. Jika engkau berpaling darinya lalu duduk-duduk santai saja, maka tiada lagi hubungan antara kita. Jika engkau seseorang yang biasa berada di depan dalam majelis kita, di pundakmu tertempel gelar-gelar mentereng, dan kau tampak begitu menonjol di antara kita, maka dudukmu akan dihisab oleh Allah dengan seberat-berat hisab. Maka pilihlah kedudukan untuk dirimu yang pas, niscaya kami memohonkan kepada Allah -untuk kami dan untukmu- hidayah dan taufik-Nya. "Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari adzab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jilka kamu mengetahuinya, niscaya Allah akan mengampuni dosadosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungaisungai, dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam surga 'Adn.
Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman. Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongmu (untuk menegakkan agama) Allah?'Lalu segolongan dari kaum Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir, maka Kami berikan
kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang." (Ash-Shaff: 10-14)
Wassalamu'alaikurn warahmatullahi wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar