Rabu, 10 Desember 2014

PENELITIAN EKSPERIMEN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Salah satu penelitian yang sering dilakukan oleh seorang peneliti di bidang pendidikan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen, variabel -variabel yang ada termasuk variabel  bebas atau independent variabel  dan variabel  terikat (dependent variabel), sudah ditentukan secara tegas oleh para peneliti sejak awal penelitian.
Variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Di bidang pendidikan, yang diidentifikasi sebagai variabel  bebas diantaranya termasuk: metode mengajar, macam-macam penguatan (reinforcement), frekuensi penguatan, sarana prasarana pendidikan, lingkungan belajar, materi belajar, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel   terikat yang sering juga disebut sebagai criterion variabel  merupakan variabel  yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel  bebas.  Variabel  terikat ini disebut dependent variabel  karena memang fungsi mereka tergantung dari variabel  bebas. Yang sering dikelompokkan sebagai variabel  terikat di bidang pendidikan, misalnya hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian siswa, dan sebagainya.
Salah satu contoh, misalnya pada waktu melihat prestasi siswanya rendah seorang guru sudah berpikir bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil diklat yang diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian. Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan metode belajar yang selama ini dilakukan lebih jelek dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh waktu diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Belum semua guru menguasai berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya? Bagaimana cara melakukan yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat nilai kreditnya? Marilah kita belajar bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan terarah.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, kami memberikan rumusan masalah sebagai berikut.
1)      Apa yang dimaksud dengan Penelitian Eksperimen?
2)      Bagaimana karakteristik Penelitian Eksperimen?
3)      Bagaimana pengendalian Validitas internal dan validitas eksternal terhadap penelitian eksperimen
4)      Bagaimanakah Desain eksperimen?

C.    TUJUAN PENULISAN
1)      Mengetahui yang dimaksud dengan Penelitian Eksperimen?
2)      Memahami karakteristik Penelitian Eksperimen?
3)      Mengetahui pengendalian Validitas internal dan validitas eksternal terhadap penelitian eksperimen
4)      Mengetahui Desain eksperimen?

D.    MANFAAT PENULISAN
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah.
1)      Sebagai bahan pustaka untuk bidang yang relevan,
2)      Sebagai bahan aktualisasi diri, dan
3)      Sebagai bahan penilaian perkuliahan




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PENELITIAN EKSPERIMEN
Penelitian eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan  sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di control secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen.  Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiono : 2010).
Menurut Solso & MacLin (2002), penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, penelitian eksperimen erat kaitanya dalam menguji suatu hipotesis dalam rangka mencari pengaruh, hubungan, maupun perbedaan perubahan terhadap kelompok yang dikenakan perlakuan.
Menurut Yatim Riyanto (1996:28-40), penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan teliti didalam melakukan kontrol terhadap kondisi. Dalam pengertian lain, penelitian eksperimen adalah penelitian dengan melakukan percobaan terhadap kelompok eksperimen, kepada tiap kelompok eksperimen dikenakan perlakuan-perlakuan tertentu dengan kondisi-kondisi yang dapat di kontrol.
Wiersma (1991) dalam Emzir (2009) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti.
Arikunto (2006) mendefinisikan eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu.
Jadi, dengan kata lain, suatu penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Contoh hubungan sebab akibat dibidang pendidikan misalnya, seorang mahasiswa yang mempunyai nilai matematika tinggi cenderung  berhasil dalam menyelesaikan mata kuliah merencana mesin. Penelitian eksperimen pada umumnya dilakukan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan sesuatu jika dilakukan pada kondisi yang dikontrol dengan teliti, maka apa yang akan terjadi?. Disamping itu, penelitian eksperimen dilakukan oleh peneliti dengan tujuan mengatur situasi dimana pengaruh beberapa variabel  terhadap satu atau variabel  terikat dapat diidentifikasi.

B.     KARAKTERISTIK PENELITIAN EKSPERIMEN
Ciri utama penelitian eksperimen yang membedakannya dengan semua jenis penelitian lainnya adalah perlakuan atau manipulasi ternadap variabel bebas untuk mengetahui efeknya terhadap variabel terikat. Variabel yang dilibatkan, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, sudah ditetapkan secara tegas oleh peneliti sejak awal penelitian. Variabel bebas (disebut juga variabel perlakuan, variabel independen, atau variabel penyebab) adalah variabel yang dimanipulasi secara sistematis dalam eksperimen. Contoh variabel bebas adalah metode pembelajaran, ienis-jenis penguatan, frekuensi penguatan media pembelajaraniingkungan belajar, mater pembelajaran, jumlah kelompok belajar, dan sebagainya. Sedangkan variabel terikat (disebut iuga variabel kriteria atau variabel dependen) adalah variabel yang diukur sebagai akibat adanya perlakuan terhadap variabel bebasContoh variabel terikat dalam penelitian pendidikan, antara lain adalah hasil belajar siswa, kesiapan belajar siswa, kemandirian belajar, dan/atau skor tes.
Menurut Christensen (1988), penelitian eksperimen memiliki beberapa ciri khas, yaitu: 
a.       Variabel penelitian dan situasi perlakuan diatur secara ketat, dengan menetapkan perlakuan, kontrol. dan pengacakan.
b.      Adanya kelompok pergendali sebagai pembanding bagi kelompok  eksperimen.
c.       Mengendalikan variansi untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalisir variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen. juga meminimalisir variansi kekeliruan. termasuk kekeliruan pengukuran. Pemilihan dan penentuan subyek serta penempatan subyek dalam kelompok perlakuan dan kelompok pengendalian juga dilakukan secara acak.
d.      Validitas internal diperlukan pada desain eksperimen guna mengetahui apakah  manipulasi benar-benar berdampak pada perbedaan hasil yang dicapai.
e.       Validitas eksternal berkaitan dengan bagaimana keterwakilan populasi dan ketergeneralisasian hasil eksperimen. 
Eksperimen dalam bidang pendidikan berdasarkan lokasinya dapat dibedakan atas dua bentuk, yaitu eksperimen di laboratorium dan eksperimen di luar laboratorium. Eksperimen di laboratorium dilaksanakan Peneliti dalam sebuah ruangan tertutup atau dalam kondisi tertentu untuk meningkatkan akurasi hasil penelitian. Sedangkan eksperimen di luar laboratorium (juga disebut eksperimen lapangan) biasanya dilakukan oleh peneliti guna mendapatkan hasil eksperimen dalam lingkungan yang sebenamya, misalnya di kelas atau di masyarakat.
Dari kedua bentuk penelitian eksperimen tersebut eksperimen diluar laboratorium adalah bentuk  eksperimen yang paling banyak dilakukan, karena mempunyai beberapa keunggulan, misalnya:
a.       lebih mudah dalam pemberian perlakuan;
b.      memungkinkan untuk melakukan eksperimen pada kondisi yang sebenarnya;
c.       hasil eksperimen lebih sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh para pendidik. Sedangkan kelemahan utamanya adalah sulit untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitaseksternal hasil eksperimen.
Eksperimen laboratorium memiliki keunggulan utama, yaitu sangat cocok untuk mendalami masalah yang berkaitandengan pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pendidikan. Dalam pelaksanaan eksperimen ini memungkinkan untuk mengendalikan variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal dan validitas eksternal hasil eksperimen. Namun karena ketatnya pengendalian terhadap variabel-variabel luar, sehingga hasil eksperimen iniadakalanya tidak memungkinkan untuk diterapkan pada kondisi yang sebenarnya.
Ada tiga hal yang menjadi karakteristik penelitian eksperimental:
1.      Manipulasi, dimana peneliti menjadikan salah satu dari sekian variabel bebas untuk menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan oleh peneliti, sehingga variabel lain dipakai sebagai pembanding yang bisa membedakan antara yang memperoleh perlakuan/manipulasi dengan yang tidak memperoleh perlakuan/manipulasi.
2.      Pengendalian, dimana peneliti menginginkan variabel yang diukur itu mengalami kesamaan sesuai dengan keinginan peneliti dengan menambahkan faktor lain ke dalam variabel atau membuang faktor lain yang tidak diinginkan peneliti dari variable.
3.      Pengamatan, dimana peneliti melakukan suatu kegiatan mengamati untuk mengetahui apakah ada pengaruh manipulasi variabel (bebas) yang telah dilakukannya terhadap variabel lain (terikat) dalam penelitian eksperimental yang dilakukannya.
Danim (2002) menyebutkan beberapa karakteristik penelitian eksperimen, yaitu :
1.      Variabel-veniabel penelitian dan kondisi eksperimen diatur secara tertib ketat (rigorous management), baik dengan menetapkan kontrol, memanipulasi langsung, maupun random (acak).
2.      Adanya kelompok kontrol sebagai data dasar (base line) untuk dibandingkan dengan kelompok eksperimen.
3.      Penelitian ini memusatkan diri pada pengontrolan variansi, untuk memaksimalkan variansi variabel yang berkaitan dengan hipotesis penelitian, meminimalkan variansi variabel pengganggu yang mungkin mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi tidak menjadi tujuan penelitian. Di samping itu, penelitian ini meminimalkan variansi kekeliruan, termasuk kekeliruan pengukuran. Untuk itu, sebaiknya pemilihan dan penentuan subjek, serta penempatan subjek dalarn kelompok-kelompok dilakukan secara acak.
4.      Validitas internal (internal validity) mutlak diperlukan pada rancangan penelitian eksperimen, untuk mengetahui apakah manipulasi eksperimen yang dilakukan pada saat studi ini memang benar-benar menimbulkan perbedaan.
5.      Validitas eksternalnya (external validity) berkaitan dengan bagaimana kerepresentatifan penemuan penelitian dan berkaitan pula dengan menggeneralisasikan pada kondisi yang sama.
6.      Semua variabel penting diusahakan konstan, kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau dibiarkan bervariasi.
Selain itu, dalam penelitian eksperimen ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian ini, yaitu kontrol, manipulasi, dan pengamatan. Variabel kontrol disini adalah inti dari metode eksperimental, karena variabel control inilah yang akan menjadi standar dalam melihat apakah ada perubahan, maupun perbedaan yan terjadi akibat perbedaan perlakuan yang diberikan. Sedangkan manipulasi disini adalah operasi yang sengaja dilakukan dalam penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, yang dimanipulasi adalah variabel independent dengan melibatkan kelompok-kelompok perlakuan yang kondisinya berbeda. Setelah peneliti menerapkan perlakuan eksperimen, ia harus mengamati untuk menentukan apakah hipotesis perubahan telah terjadi (Observasi).
Dari beberapa penjelasan diatas secara garis besar dapat kita simpulkan karakteristik penelitian eksperimen adalah antara lain :
  1. Menggunakan kelompok kontrol sebagai garis dasar untuk dibandingkan dengan kelompok yang dikenai perlakuan eksperimental.
  2. Menggunakan sedikitnya dua kelompok
  3. Harus mempertimbangkan kesahihan ke dalam (internal validity).
  4. Harus mempertimbangkan kesahihan keluar (external validity).
C.    PENGENDALIAN VALIDITAS INTERNAL DAN VALIDITAS EKSTERNAL TERHADAP PENELITIAN EKSPERIMEN
Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting eksperimental (Emzir:2009) Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni faktor internal dan eksternal.
Untuk meyakinkan bahwa desain penelitian eksperimen layak untuk pengujian hipotesis penelitian, maka dilakukan pengendalian terhadap validitas internal dan validitas eksternal.
1.      Validitas Internal
Pengendalian terhadap validitas internal dimaksudkan agar hasil penelitian yang diperoleh dapat mencerminkan hasil pelakuan yang  diberikan dan dapat digeneralisasikan ke populasi pensampelan. Pengendalian validitas internal darisuatu desain penelitian sangat dibutuhkan agar hasil penelitian yang diperoleh benar-benar rnerupakan akibat dari pelakuan yang diberikan. Beberapa variabel yang mengancam validitas internal sehingga harus dikendalikan dalam penelitian eksperimen adalah:
a.  Ciri khas subyek. Beberapa ciri khas subyek yang mempengaruhi hasil eksperimen adalah: umur, jenis kelamin, kecakapan. intelegensi, status sosial ekonomi, agama, kemampuan membaca. kematangan, dan lain-lain. pada suatu eksperimen mungkin saja  kelompok-kelompok subjek yang dikenal perlakuakebetulan, mempunyai ciri khas yang berbeda, sehingga hasil yang dicapai menjadi berbeda yang disebabkan oleh ciri khas yang berbeda tersebut, bukan karena hasil perlakuan. Ciri khas responden dapat dikendalikan melalui pemilihan secara acak, melalui pengunaan kelompok yang setara, dan/atau melalui pemilihan kelas paralel yang mempunvai ciri khas yang sama sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
b.  Lokasi. Ancaman lokasi penelitian terjadi karena pemilihan lokasi penelitian yang berbeda, baik dari segi ketersediaan fasilitas belajar, kemampuan mengajar guru tingkat kecerdasan siswa, ataupun faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Pengaruh lokasi penelitian antara lain dapat dikendalikan melalui pemilihan sekolah-sekolah yang memiliki kualifikasi yang sama, kelas yang memiliki fasilitas dan kondisi ruang belajar yang sama, dan kelas yang memiliki siswa yang memiliki kemampuan yang setara
c.  Instrumentasi. Penggunaan instrumen penelitian ada kalanya juga dapat mengancam validitas internal hasil perlakuan. Beberapa ancaman yang terkait dengan instrumentasi, antara lain: penggunaan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel, penggunaan instrumen, yang berbeda pada kelompok-kelompok subyek penelitian, pengujian yang dilakukan pada waktu yang berbeda, penskoran yang tidak obyektif. perbedaan kecemasan subyek terhadap tes, dan/atau pengumpul data yang berpihak pada kelompok tertentu. Pengaruh instrumentasi dikendalikan dengan cara menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, penggunaan instrumen yang sama pada   kelompok -  kelompok subyek penelitian, pengujian dilakukan bersamaan pada kelompok-kelompoksubyek        penelitian, penskoran secara obyektif, dan/atau penggunaan pelaksana eksperimen yang tidak berpihak pada kelompok-kelompok tertentu.
d.  Pengujian. Dalam penelitian eksperimen ada kalanya dilakukan dua kali tes, yaitu tes awal dan tes akhir. Pemberian tes awal ini mungkin akan mendorong siswa untuk lebih berhati-hati, lebih responsif terhadap perlakuan, lebih termotivasi untuk belajar, atau sebagian subyek yang kuat ingatannya mungkin masih tetap mengingat  jawabannya pada tes awal terutama pada penggunaan tes awal dan tes akhir yang sama, akibatnya akan mempengaruhi hasil yang dicapai pada tes akhir, apapun jenis perlakuan yang diberikan.
e.  Sejarah. Hal ini dimaksudkan sebagai semua kejadian di luar perlakuan yang muncul bersamaan dengan pelaksanaan eksperimen sehingga sangat mungkin hasil eksperimen akan terganggu atau terkotori oleh adanya kejadian tersebut. Pengaruh sejarah dikontrol melalui pengacakan dan melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang sama.
f.   Kematangan. Manusia pada umumnya selalu rnengalami perubahan. Perubahan itu berkaitan dengan proses kematanganbaik biologis maupun psikologis. Dengan bertambahnva kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap variabel terikat. Dengan demikian, maka perubahan yang terjadi pada variabel terikat bukan saja karena adanya eksperimen, tetapi juga disebabkan proses kematangan pada subjek yang mendapatkan perlakuan. Variabel ini dapat dikendalikan antara lain dengan cara pengacakan subyek dan/atau melalui pemberian perlakuan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, namun masih memenuhi persyaratan penelitian, sehingga subyek penelitian tidak sampai mengalami perubahan fisik dan mental yang dapat mempengaruhi hasil perlakuan.
g.  Sikap subyek. Cara subyek dalam menanggapi dan terlibat dalam penelitian akan dapat mengancam validitas internal hasil perlakuan. Hal ini biasa dikenal dengan pengaruh "hawthome". Jika suatu kelompok subyek mengetahui statusnya sebagai kelompok eksperimen maka mungkin mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang lebih baik, atau sebaliknya mungkin akan besikap tidak perduli terhadap        perlakuan itu sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan kemampuan mereka  yang sebenarnya. Akibatnya hasil yang dicapai dalarn kondisi seperti ini tidak akan valid secara internal. Pengaruh hawthome ini dikontrol dengan tidak memberitahukan status subyek sebagai kelompok eksperimen, melaksanakan eksperimen sesuai dengan kondisi apa adanya, dan/atau dengan menggunakan guru yang sudah dikenal siswa sehingga pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya.
h.  Kehilangan subyek. Ancaman ini terjadi apabila dalam proses pelaksanaan eksperimen beberapa anggota kelompok keluar karena alasan-alasan tertentu, misalnya: sakit, pindah sekolah, tidak mengikuti tes akhir, dan/atau tidak menjawab instrumen pengukuran. Keluarnya anggota kelompok ini mungkin akan mempengaruhi hasil eksperimen. Misalkan subyek yang keluar pada kelompok eksperimen memiliki skor rendah pada tes awalmaka pada tes akhir rata-rata kelompok eksperimen akan meningkat bukan karena hasil perlakuan tetap; karena keluamya beberapa subyek yang mempunyai skor rendah.
i.   Regresi statistik. Regresi statistik disebut juga menurun ke rata-rata adalah suatu fenomena yang kadang-kadang terjadi sebagai akibat dari penetapan subyek eksperimen berdasarkan skor tertinggi dan skor terendah pada tes awal. Pada kenyataannva, subyek yang memperoleh skor tertinggi pada tes awal akan cenderung menurun. (mendekati rata-rata) pada tes akhir, sebaliknya subvek yang memperoleh skor terendah pada tes awal akan cenderung meningkat (mendekati rata-rata) pada tes akhir. Peningkatan atau penurunan skor ini mungkin disebabkan oleh antara lain: kesalahan pemilihan subyek, penggunaan instrumen yarg berbeda antara tes awal dan tes atau tes akhir, dan/atau penggunaan instrumen yang tidak valid dan tidak reliabel. untuk mengatasi masalah ini maka peneliti perlu berhati-hati dalam memillki subyek penelitian serta menggunakan instrumen yang yang valid dan relabel, baik pada tes oval ataupun pada tes akhir.
j.   Harapan pelaksana eksperimen. Karena satu dan lain hal, pelaksana          eksperimen, secara sadar atau tidak sadar sangat mungkin, mempunyai               pengharapan tertentu atas   berhasilnya eksperimen. Akibat dari adanya               harapan ini sangat mungkin tanpa sadar yang bersangkutan memberikan kunci-       kunci  keberhasilan   kepada   subjek   eksperimen.  Akibatnya,  hasil   eksperimen  akan dikotori oleh pengaruh harapan pelaksana eksperimen tersebut. Cara mengatasinya adalah menggunakan pelaksana eksperimen yang tidak tahu atau tidak sadar kalau dia sedang melakukan eksperimen.
k.  Pemilihan subyek. Dalam pemilihan subyek penelitian mungkin terjadi kesalahan. Kemampuan awal kelompok yang satu mungkin berbeda dengan kemampuan awal kelompok lainnya. Akibatnya, validitas internal hasil eksperimen akan terancam akibat dari perbedaan kemampuan awal tersebut. Ancaman ini dapat diatasidengan pemilihan subyek yang benar-benar setara, misalnya pemilihan subyek secara acak atau melalui penggunaan kelompok yang sepadan.
l.   Interaksi kematangan dan seleksi. Ancaman ini sering terjadi pada desain eksperimen semu, dimana kelompok-kelompok yang diteliti diambil apa adanya tanpa melalui pengacakan (misalnya kelas yang sudah terbentuk disekolah). Kendatipun pada tes awal beberapa kelas yang dibandingkan mempunyai rata-rata kemampuan yang setara, namun jika tingkat kematangan suatu kelas lebih cepat dari kelas lainnya maka hal ini kemungkinan akan menyebabkan perbedaan hasil akhir perlakuan. Jika hal ini tidak dikendalikan maka hasil penelitian ini menjadi tidak valid secara internal.

2.      Validitas Eksternal


Validitas ini mengacu pada kemampuan generalisasi suatu penelitian. Dimana dibutuhkan kemampuan suatu sampel populasi yang benar-benar bisa digeneralisasikan ke populasi yang lain pada waktu dan kondisi yang lain.


Campbell dan Stanley dalam Gay (1981) yang dikutip Emzir (2009) mengidentifikasi beberapa ancaman terhadap validitas eksternal, diantaranya:
·         Interaksi Prates-Perlakuan, dimana biasanya sering muncul bila respons subjek berbeda pada setiap perlakuan karena mengikuti prates.
·         Interaksi Seleksi-Perlakuan, dimana akibat yang muncul bila subjek tidak dipilih secara acak sehingga seleksi subjek yang berbeda diasosiasikan dengan ketidakvalidan internal.
·         Spesifisitas Variabel, adalah suatu ancaman terhadap yang tidak mengindahkan generalisabilitas dari desain eksperimental yang digunakan.
·         Pengaturan Reaktif, mengacu pada faktor-faktor yang diasosiasikan dengan cara bagaimana penelitian dilakukan dan perasaan serta sikap subjek yang dilibatkan.
·         Interferensi Perlakuan Jamak, biasanya sering muncul bila subjek yang sama menerima lebih dari satu perlakuan dalam pergantian.
·         Kontaminasi dan Bias Pelaku Eksperimen, sering muncul bila keakraban subjek dan peneliti mempengaruhi hasil penelitian.
Pengendalian terhadap validitas eksternal dimaksudkan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diberlakukan ke situasi lain yang belum diteliti. Validitas eksternal ini terdiri atas validitas populasi dan validitas ekologis. Validitas populasi berarti suatu hasil penelitian dapat digeneralisasikan kepada populasi pensampelan atau kepada populasi lain yang memiliki ciri khas yang sama meskipun populasi itu belum diteliti. Validitas ekologis berarti suatu hasil peneliti harus menguraikan secara lengkap tentang kondisi pelaksanaan eksperimen itu, sehingga para pembaca dapat menilai sejauh mana hasil eksperimen itu dapat diterapkan ke situasi lain.
Pengendalian terhadap validitas ekologis meliputi:
a)      Pengaruh perlakuan ganda, dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama atau hanya dengan memberi satu perlakuan kepada masing-masing                                    kelompok subyek;
b)      pelaksana dan subyek yang mengetahui status mereka dalam eksperimen (hawthome effect); dikontrol dengan tidak memberitahukan keterlibatan pelaksana dan subyek dalam eksperimen dan/atau pelaksanaan eksperimen disesuaikan dengan kondisi yang sebenamya,
c)      pengaruh ciri khas pelaksana eksperimen dikendalikan dengan menggunakan pelaksana yang sama atau yangmemiliki kemampuan yang setara sebagai pelaksana eksperimen, baik pada kelompok eksperimen, ataupun pada kelompok kontrol;
d)     pengaruh tes awal dikendalikan dengan cara memberikan tes awal yang sama antara Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dan/atau jika memungkinkan tidak memberikan tes awal,
e)      pengaruh ujian akhir dikendalikan dengan menggunakan instrumen, yang benar-benar mewakili materi ajar dan ujian itu sendiri dilaksanakan sesegera mungkin setelah menberikan perlakuan.
Untuk memastikan bahwa penelitian menghasilkan laporan yang valid, maka keseluruhan ancaman validitas di atas harus dikendalikan oleh peneliti. Teknik yang dilakukan sangat beragam, tergantung kebutuhan dan jenis ancaman yang muncul. Bila ancaman-ancaman ini diabaikan, sangat mungkin hasil penelitian tidak valid dan tidak memberikan kesimpulan yang berarti.

D.    DESAIN EKSPERIMEN
Desain penelitian mempunyai dua batasan, yaitu secara luas dan secara sempit. Secara sempit berarti penggambaran secara jelas tentang hubungan antara variabel sehingga diperoleh gambaran keterkaitan antara variabel. Sedangkan secara luas berarti semua proses yang diperlukan dalam penelitian, yang bermula dari penemuan ide sampai dengan pengujian hipotesis dan pengambilan kesimpulan atas hasil pengujian tersebut.
Dikenal sejumlah desain penelitian eksperimen, yang dibagi dalam tiga kelompok besar, yaitu: desain praeksperimen, desain eksperimen mumi, dan desain eksperimen semua.
1.      Desain Pra eksperimen (Pre- Experimental Designs (Nondesigns))
Desain ini merupakan desain yang paling lemah karena tidak menggunakan variabel kontrol dan hanya satu variabel. Tidak adanya kelompok kontrol menyebabkan peneliti akan kesulitan untuk memastikan sejauh mana efektivitas perlakuan yang diberikan. Desain pra eksperimen terdiri atas:
a.        Desain Studi Kasus Satu Kelompok (One-Shot Cose Study)
Desain ini hanya menggunakan satu kelompok tanpa tes awal. Kelemahan utama desain ini adalah, karena tidak menggunakan kelompok pengendalian tanpa tes awal, maka pelaksana eksperimen tidak dapat beranggapan bahwa hasil akhir yang dicapai disebabkan oleh perlakuan. Contoh desain studi kasus satu kelompok adalah sebagai berikut:
Desain studi kasus satu kelompok
Kelompok
Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
X
Y
Desain ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena tidak memiliki validitas internal. Skor minat belajar yang dicapai siswa pada tes akhir mungkin saja disebabkan oleh variabel lain di luar perlakuan yang diberikan.
b.        Desain satu kelompok tes awal-akhir (One- Group Pretest-Posttest Design)
Desain ini menggunakan satu kelompok subyek yang diberi tes awal dan-tes akhir. Contoh desain satu kelompok tes awal-akhir adalah sebagai berikut:
Desain satu kelompok tes awal- akhir
Kelompok
Tes Awal
Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
Y1
X
Y2
Kelemahan utama desain ini adalah karena tidak menggunakan kelompok kontrol, sehingga peneliti tidak dapat beranggapan bahwa perubahan skor yang terjadi pada tes awal dan tes akhir disebabkan oleh perlakuan yang diberikan. Namun selalu ada kemungkinan bahwa variabel luarlah yang menyebabkan sebagian atau keseluruhan perubahan tersebut. Dengan demikian maka desain ini juga tidak memiliki validitas internal.
c.         Desain perbandingan dua kelompok statis (Intact-Group Comparison)
Desain ini mengunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan yang berbeda. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (misalnya diambil kelas yang telah terbentuk) namun  diasumsikan  memiliki kemampuan  yang  setara  dalam semua aspek yang relevan, yang berbeda hanyalah didalam pemberian perlakuan. Contoh desain perbandingan dua kelompok statis adalah sebagai berikut:
Desain perbandingan dua kelompok statis
Kelompok acak
Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
X1
Y1
Kontrol
X2
Y2
Adanya kelompok kontrol menyebabkan desain ini dapat mengontrol ancaman beberapa variabel luar, misalnya: sejarah, kematangan dan regresi statistik.
d.        Desain dua kelompok statis tes awal-akhir.
Desain ini menggunakan dua kelompok subyek yang diberi perlakuan berbeda dan diberi tes awal dan tes akhir. Kedua kelompok itu ditetapkan tanpa acak (intact group) namun diasumsikan memiliki kekemampuan yang setara. Contoh desain dua kelompok statis tes awal-akhir adalah sebagai berikut :
Desain dua kelompok statis tes awal-akhir
Kelompok acak
Tes Awal
Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
Y1
X1
Y1
Kontrol
Y2
X2
Y2
Adanya tes awal dan kelompok control menyebabkan desain ini memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan desain pra eksperimen lainnya, yaitu memungkinkan untuk mengontrol ancaman beberapa variabel luar, seperti: ciri khas subyek, sejarah,kematangan, dan regresi statistik. Namun disisi lain, penggunaan tesawal juga sekaligus menyebabkan peneliti sulit untuk mengontrul efek dan pengujian.
2.      Desain Eksperimen Murni (Tru-Experimental design)
Perbedaan utama antara desain eksperimen murni dengan desain lainnya adalah adanya penagacakan subyek baik pada kelompok eksperimen ataupun pada kelompok kontrol. Sementara itu, pengacakan subyek penelitian merupakan teknik yang paling tepat untuk mengontrol ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal hasil penelitian.
Terdapat beberapa desain eksperimen murni yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan, diantaranya adalah desain tes akhir dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir dua kelompok diacak, desain tes awal-akhir dipadankan dan diacak, desain empat kelompok solomon diacak.

a.      Desain Tes Akhir Dua Kelompok Diacak (Pottest-Only Control Design)
Desain ini merupakan salah satu desain eksperimen yang paling kuat tetapi paling sederhana. Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan masing-masing kelompoak diberi perlakuan yang berbeda. Pengacakan subyek menyebabkan desain ini sangat baik dalam mengontrol beberapa ancaman validitas internal, seperti: ciri khas subyek, kematangan, dan regresi statistik. Disamping itu karena pengujian hanya dilakuakan pada akhir perlkuan maka desain itu juga sangat baik dalam mengontrol pengaruh pengujian
Desain tes akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak
perlakuan
Tes Akhir
Eksperimen
Kontrol
X1
X2
Y1
Y2
Namun demikian, desain ini memiliki beberapa keterbatasan dalam mengontrol beberapa ancaman terhadap validitas internal, misalnya : kehilangan subyek, pengaruh pengujian, pengaruh instrumentasi, pengaruh sejarah dan pengaruh sikap subyek.

b.      Desain Tes Awal-Akhir Dua kelompok diacak (Pretest-posttest control group design)
Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih secara acak dan dan masing-masing kelompok dites sebanyak dua kalo, yaitu diiberi tes awal sebelum perlakuan dan tes akhir setelah perlakuan. Pengjian dilakukan secara bersamaan kepada kedua keloompok tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok diacak
Kelompok acak
Tes awal
Perlakuan
Tes akhir
Eksperimen
Kontrol
Y1
Y2
X1
X2
Y2
Y2
Kekuatan utama desain ini terletak pada pengacakan, yang menjamin adanya kesamaan stastistik antara kedua kelompok itu sebelum eksperimentasi. Namun penggunaan tes awal menyebabkan validitas hasil perlakuan terancam oleh pengaruh  iteraksi tes denagn perlakuan, pengaruh pengujian, dan pengaruh instrumentasi.

c.       Desain Dua Kelompok Dipadankan Dan Diacak.
Untuk mendapatkan dua kelompok subyek yang benar-benar setara maka dalam desain penelitian memungkinkan pula untuk digunakan teknik pemadanan dan pengacakan  subyek penelitian secara bersamaan. Subyek dibuat sepadan dlam satu atau lebih variabel ysng diukur, misalnya IQ, sikap, motivasi, atau skor membaca. Sudah barang tentu variabel yang dipadankan itu adalah variabel yang berdasarkan penelitian terdahulu, teori dan/atau pengalaman peneliti berkorelasi signifikan dengan variabel terkaiat.
Setelah dilakukan pemadanan maka pasangan-pasangan subyek yang sepadan dimasukan dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol secara acak. Desain eksperimen sepert ini sangat cocok diterapkan pada dua desin eksperimen murni yang telah dibahs sebelumnya yaitu: desain tes akhir dua kelompok diacak dan desasin tes awal-akhir dua kelompok diacak. Hasil modifikasi kedua desain tersebut sebagai berikut:
Desain tes akhir dua kelompok dipadankan dan diacak
Pengelompokkan
Perlakuan
Tes akhir
Dipadankan dan diacak
Dipadankan dan diacak
X1
X2
Y1
Y2
Desain tes awal akhir dua kelompok dipadankan dan diacak
Tes awal
Pengelompokan
Perlakuan
Tes akhir
Y1
Y2
Dipadankan dan diacak
Dipadankan dan diacak
X1
X2
Y2
Y2
      Dua kelemahan utama dan teknik pemadanan ini adalah
1.      Sangat sulit untuk memadankan lebih dari dua variabel sehingga adakalanya peneliti hanya memadankan variabel-variabel tertentu yang berpengaruh sangat signifikan terhadap variabel terikat.
2.      Untuk membuat kesepadanan maka sejumlah subyek yang tidak memiliki padanan tidak akan diikutsertakan, sehingga sampel penelitian akan berkurang.

d.      Desain Empat Kelompok Solomon Diacak (The Solomon Four-Group Design.)
Desain ini berusaha untuk mengatasi pengaruh tes awal. Penempatan subyek dalam setiap kelmpok subyek dilakukan secara acak. Dua kelompok diberikan tes awal dan dua kelompok lainnya tidak. Satu kelompok yang diberi tes aawal dan satu kelompok lainnya yang tidak diberi tes awal dijadikan sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan dua kelompok lainnya dijadikan sebagai kelompok kontrol.
Desain empaat kelompok solomon diacak
Kelompok acak
Tes awal
Perlakuan
Tes Akhir
Eksperimen
Y1
X1
Y2
Kontrol
Y3
X2
Y4
Eksperimen

X3
Y5
Kontrol

X4
Y6
Dalam desain ini terlihat bahwa :
·         Penempatan subyek pada semua kelompok diacak
·         Dua kelompok sebagai kelompok  eksperimen
·         Satu kelompok eksperimen diberi tes awal (y1)
·         Dua kelompok seagai kelompok kontrol
·         Satu kelompok kontrol diberi tes awal (y3)
·         Semua kelompok diberi tes akhir (y2,y4.y5.y6)
Desain ini menggabungkan dua desain eksperimen murni yang dibahas sebelumnya. Dua kelompok pertama menunjukan desain tes awal-akhir dua kelompok diacak sedangkan dua kelompok berikutnya menunjukan desain tes akhir dua kelompok diacak.
Desain empat kelompok solomon sangat cocok untuk mengontrol ancaman validitas internal seperti telah dibahas sebelumnya. Namun kelemahan utama desain ini adalah membutuhkan banyak sampel untuk dimasukan kedalam empat kelompok penelitian, juga membutuhkan banyak waktu dan tenaga  untuk memberikan perlakuan pada keempat kelompok tersebut.

3.      Desain Faktorial (Factorial Design)
Beberapa desain  yang telah dibahas sebelumnya merupakan desain yang hanya menggunakan variabel tunggal. Dalam desain-desain tersebut, peneliti memanipulasi satu variabel bebas untuk mendapatkan eveknya terhadap variabel terkait. Namun dalam kasus gejala sosial yang lebih rumit biasanyaterdapat beberapa variabel yang saling berinteraksi secara simultan, sehingga usaha untuk membatasi kajian hanya satu variabel tertentu akan sama artinya dengan penyederhanaan situasi sosial yang seharusnya jauh lebih kompleks. Variabel bebas itu sendiri mungkin berinteraksi dengan variabel lainnya, sehingga penelitian yang dicapai dari desain satu variabel tunggal mungkin tidak memberikan arti yang signifikan. Sebagai contoh, koeefektifan metode pembelajaran tertentu mungkin tergantung pada sejumlah variabel, misalnya tingkat kecerdasan siswa, keperibadian guru, kondisi ruang kelas, dan sebagainya. Pengajaaran terprogram misalnya, mungkin lebih efektif bagi siswa yang kurang cerdas daripada siswa yang cerdas. Desain satu variabel tunggal tidak akan dapat mengungkapkan pengaruh interaksi antara metode pembelajaran dengan tingkat kecerdasan tersebut.
Informasi yang diberikan terhadap suaatu eksperimen dapat ditingkatkan secara nyaata dngan cara menegaskan efek simultan dari dua atau lebih variabel bebas dengan menggunakan desain faktorial. Dalam desain faktorial dua atau lebih variabel bebas dimanipulasi secara simultan untuk menyelidiki pengaruhnya terhadap variabel terkait, disamping itu juga pengaruh yang disebabkan oleh interaksi antara beberapa variabel itu sekaligus dapat diukur melalui desain faktorial ini.
Dalam desain faktorial peneliti memungkinkan untuk memanipulasi hanya satu variabel bebas namu  dengan mengontrol variabel-variabel atribut yang mempengaruhi variabel bebas itu. Beberapa contoh variabel atribut yang dikontrol itu adalah umur, jenis kelamin, kecerdasan, sikap, motivasi, presepsi, status sosial ekonomi, dan debagainya. Penggunaan variabel atribut dalam desain eksperimen faktorial dimaksud untuk meningkatkan keakuratan dan ketergeneralisasian hasil penelitian.
Dalam desain faktorial, fariabel eksperimen dan variabel atribut biasanya dibagi atas beberapa level. Contoh desaim faktorial 2x2 ( 2 level variabel eksperimen dan 2 level variabel atribut, sebagai berikut
Variabel
Atribut
(B)
Variabel eksperimen
(A)
jumlah
Perlakuan A1
Perlakuan A2
Level B1
A1B1
A2B1
B1
Level B2
A1B2
A2B2
B2
jumlah
A1
A2

Berdasarkan desain faktorial 2x2 tersebut peneliti dapat menentukan :
1.      Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terikat tanpa mempertimbangkan pengaruh variabel tersebut.
2.      Pengaruh utama (main effect) variabel atribut (B) terhadap variabel terkait tamoa mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen
3.      Pengaruh ineraksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel atribut (B) terhadap variabel terikat
4.      Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masing-masing level variabel atribut B (B1,B2,B3)
5.      Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap maing-masing level variabel atribut B (B1,B2,B3)
Dalam desain fariabel eksperimen faktorial memungkinkan pula bagi peneliti untuk memanipulasi lebih dari satu variabel bebas secara bersamaan. Contoh : desain faktorial 2x2 yang memanipulasi dua variabel bebas adalah sebagai berikut
Variabel
Eksperimen
(B)
Variabel eksperimen
(A)
jumlah
Perlakuan A1
Perlakuan A2
Perlakuan B1
A1B1
A2B1
B1
Perlakuan B2
A1B2
A2B2
B2
Jumlah
A1
A2

Melalui desainini dapat diuji :
1.      Pengaruh utama (main effect) variabel eksperimen (A) terhadap variabel terkait tanpa mempertimbangkan pengaruh variabel eksperimen (B)
2.      Pengaruh utama (main efect) variabel eksperimen (B) terhadap variabel terikat tanpa mempertimbangkan variabel eksperimen (A)
3.      Pengaruh interaksi antara variabel eksperimen (A) dan variabel eksperimen (B) terhadap variabel terkait
4.      Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A1 terhadap masing-masing level variabel eksperimen B n(B1 dan b2)
5.      Pengaruh sederhana (simple effect) perlakuan A2 terhadap masing-masing level variabel eksperimen B (B1 dan b2)
Desain faktorial dapat diperluas menjadi desain eksperimen yang lebih rumit yaitu dengan melibatkan lebih dari dua variabel bebas, misalnya desain fariabel 2x2x2. Angka-angka dalam desain ini menunjukan banyaknya lefel variabel bebas yang dilibatkan. Jadi desain eksperimen faktorial 2x2x2 berarti digunakan tiga variabel bebas yang memiliki 2 level, 2 level dan 2 level.
Secara teoritis dalam desain fakatorial dapaat dilibatkan variabel bebas berapapun banyaknya dengan level yang bervariasi pula dan dengan menggunakan rangan faktorial yang lebih rumit. Hambatan yang mungkin ditemui peneliti jika menggunakan desain faktorial yang lebih kompleks adalah akan kesultan dalam mengatur subyek dalam kelompok-kelompok penelitian serta analisis statistiknya akan menjadi rumit. Namun dengan demikian, dengan menggunakan desain faktorial ini maka memungkinkan bagi peneliti untuk ;
1.      Menguji pengaruh interaksi antara fariabel bebas terhadap fariabel terkait,  menguji pengaruh utama (main effect) variabel bebas terhadap variabel terkait, dan menguji pengaruh sederhana (simple effect) masing-masing level variabel bebas terhadap variabel terkait.
2.      Penggunaan beberapa variabel bebas dengan level yang berbeda menyebabbkan variabel-variabel tersebut saling mengintrol antara satu dengan yang lainnya, sehingga hasial pengujian hipotesis penelitian menjadi lebih akurat.
3.      Dalam sekali  eksperimen dapat menjawab lebih banyak masalah dibandingkan dengann jika hanya menggunakan desain eksperimen satu variabel tunggal.

4.      Desain Eksperimen Semu
Merupakan pengembangan dari true experimental design, yang sulit dilaksanakan. Mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
Dalam kondisi tertentu kadang- kadang tidak memungkinkan untuk memilih dan menempatkan subyek penelitian secara acak kedalm kelompok-kelopok eksperimen. Kendatipun sebenarnya pengacakan itu sendiri merupakan cara terbaik untuk menendalikan variabel-variabel luar yang mengnacam validitas internal-eksternal hasil eksperimen. Dalam kondisi seperti ini, desain eksperimen yang dapat dipilih adalah desain desain eksperimen semua. Dengan demikian maka desain eksperimen semua dapat digunakan apabila ;
1.      Tidak memungkikan untuk mendapatkan subyek secara acak pada kelompok-kellompok penelitian
2.      Dipastikan bahwa kelompok-kelompok yang akan dilibatkan dalam penelitian memiliki kemampuan awal yang setaara terutama terkait dengan variabel yang diteliti dan variabel lain yang mempengaruhinya
3.      Tidak memungkinkan untuk mengontrol sebagian atau sebagian besar variabel-variabel luar yang mengancam validitas internal-eksternal asil penelitian.
Berdasarkan pada penjelasan ini maka pada umumnya penelitian eksperimen dalam pendidikan yang menggunakan kelas yangtelah terbentuk sebagai subyek penelitian dapaat dikategorikan svagai eksperimen semua. Walaupun untuk mendapat kelas itu telah dilakukan pengavcakan dari beberapa kelas yang ada, namun  jika yang menjadi unit analisis penelitian adalah siswa (bukan kelas ) maka tetap digolongkan sebagai dedsain eksperimen semu.  Beberapa contoh desain eksperimen semu yang dapaat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah :
a.       Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak
Desain ini memerlukan dua kelompok subyek yang dipilih tanpa acak (tidak memungknkan untuk diacak, misal kelas) karena tanpa acak maka harus dipastikan bahwa kedua kelompok itu memiliki kemampuan awal yang setera. Pasa desai ini, masing=masing kelompok dites sebanyak dua kali, yaitu dari tes awal sebelm perlakuan dan tes akhir setelah perlakuan. Pengujian dilakukan secara bersamaan kepada kedua kelompok tersebut.
Desain tes awal-akhir dua kelompok tanpa acak
Kelompok tanpa
Acak
Tes awal
Perlakuan
Tes akhir
Eksaperimen
kontrol
Y1
Y1
X1
X2
Y2
Y2
Kelemahan utama desain ini tidak adanya pengacakan sehingga beberapa ancaman terhadap validitas internal tidak dapat dikontrol seperti : perbedaan karena seleksi dan regresi stastistik. Demikian pula pengguna tes awal menyebabkan validitas eksperimen terancam oleh pengaruh interaksi tes dengan perlakuan, pengaruh peengujian, dan pengaruh instrumentasi.

b.      Desain seri waktu
Desain ini merupakan perluasan desain tes awal-akhir satu kelompok.  Bedanya pada desain seri waktu ini subyek diberi tes awal lebih dari satu kali. Pemberian tes awal dan tes akhir seharusnya tidak lebih dari empa kali agar tidak menimbulkan kebosanan bagi subyek penelitian. Sedangkan pengaruh pelakuan dilihat dari ada tidaknya perbedaan hasil tes sebelum dan setelah perlakuan
Desain ini tidak dapat di pilih secara randum. Sebelum diberi perlakuan kelompok diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui keistabilan dan kejelasan kelompok sebelum di beri perlakuan. Bila hasil pretest selama empat kali ternyata nilanya berbeda-beda, berarti kelompok tersebut labil, dan konsisten.

O1   O2  O3  O4   X   O5   O  O   O8
 




Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2= O3 = O4 dan perlakuan yang baik adalah O5 = O6 = O7 = O8. besarnya pengaruh perlakuan adalah= (O5 + O6 + O7  O8) – (O1 + O2 + O3 + O4).



Desain eksperimen seri waktu satu kelompok
Tes awal
Perlakuan
Tes Akhir
Y1
Y2
Y3
Y4
X
Y5
Y6
Y7
Y8










Desain eksperimen seri waktu dua kelompok
Tes Awal
Perlakuan
Tes Akhir
Y1
Y2
Y3
Y4
X1
Y5
Y6
Y7
Y8
Y1
Y2
Y3
Y4
X2
Y5
Y6
Y7
Y8

Desain seri waktu satu kelompok dapat pula diperluas dengan menggunakan kelompok kontrol. Penggunaan kelompok kontrol pada desain ini akan dapar mengatasi kelemahan desain yang pertama, seperti ancaman sejarah dan regresi statistik. Namun pengujian beberapa kali pada kedua desain ini menyulitkan untuk mengndalikan efek pengujian, instrumentasi,interaksi tes dengan perlakuan, dan/atau sikap subyek.

c.       Desain berimbang
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Dalam desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui random. Dua kelompok yang ada diberi pretes, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diberikan postes.
Desain berimbang merupakan cara lain untuk menyetarakan kelompok-kelompok subyek penelitian. Dalam desainini semua kelompok diberi perlakuan yang sama dalam waktu yang berbeda selama masa eksperimen. Pengaruh perlakuan dapat diketahui dengan cara membandingkan rata-raata skor tes akhir pada masing-masing perlakuan. Dalam hal ini dengan membandingkan rata-rata skor akhir tes semua kelompok pada perlakuan 1,2,dan 3. Desain ini efektif untuk mengendalikan ancaman ciri khas subyek terhadap validitas internal, namun ancaman-ancaman pengaruh perlakuan ganda terhadap validitas eksternal sulit untuk di kendalikan. Contoh desain berimbang adalah sebagai berikut :
Desain berimbang tiga kelompok
Kelompok
Perlakuan
Tes
Perlakuan
tes
 Perlakuan
tes
A
X1
Y1
X2
Y2
X3
Y3
B
X2
Y1
X3
Y2
X1
Y3
C
X3
Y1
X1
Y2
X2
Y3
Desain ini melibatkan tiga kelompok subyek, dimana:
1.      Kelompok A pada awalnya diberi perlakuan 1 diikuti oleh perlakuan 2 dan perlakuan 3. Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir
2.      Keelompok B pada awalnya diberi perlakuan 2 diikuti oleh [perlakuan 3 dan perlakuan 1. Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir.
3.      Kelompok C pada awalnya diberi perlakuan 3 diikuti oleh perlakuan 1 dan perlakuan 2. Pada akhir masing-masing perlakuan diberi tes akhir.

d.      Desain subyek tunggal
Desain subyek tunggal merupakan adaptasi daari desain seri waktu. Bedanya, pada desai subyek tunggal hanya melibatkan satu subyek, sehingga data hanya diperoleh dari subyek itu dalam satu periode waktu tertentu. Contah desain eksperimen subyek tunggal sebagai berikut :
Desain eksperimen subyek tunggal
a.       Desain A-B
Y1  Y2  Y3  Y4
Periode tanpa perlakuan
                   (A)
Y1  X1  Y2  X2  Y3  X3  Y4  X4
Periode perlakuan
          (B)
a.       A-B-A
Y1  Y2  Y3  Y4
Periode tanpa perlakuan
               A

Y1  X1  Y2  X2  Y3  X3  Y4 X4
Periode perlakuan
              B
Y1  Y2  Y3  Y4
Periode tanpa perlakuan
                A
a.       A-B-C
Y1  Y2  Y3  Y4
Periode tanpa perlakuan
                A
Y1  X1  Y2  X2 Y3  X3  Y4  X4
       Periode perlakuan
                   B
Y1  Y2  Y3  Y4
Periode tanpa perlakuan
                A
Y1  X1  Y2  X2 Y3  X3  Y4  X4
       Periode perlakuan
                      B







Pada periode tanpa perlakuan subyek penelitian dites beberapa kali samapai diperoleh hasil yang konsisten. Pada periode perlakuan, subyek penelitian diberi perlakuan beberapa kali yang diikuti dengan tespada setiap akhir perlakuan. Jika ditemukan adnya peningkatan hasil yang dicapai setiap akhir perlakuan maka eksperimen itu dapat dikatakan efektif. Untuk lebih meyakinkan sejumalah efektifitas perlakuan yang diberikan maka siklus perlakuan dan tanpa perlakuan dapat diulangi beberapa kali seperti terlihat dalam desain A-B-A dan A-B-A-B pada tabel diatas.

Referensi:
http://fathullahna.blogspot.com/2012/10/penelitian-eksperimen.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar