Manusia
ditakdirkan tidak bisa berdiri sendiri, manusia diciptakan berpasang-pasangan terhimpun berbagai suku, ras, agama, politik, dan budaya. Hal ini menunjukkan
bahwa manusia dan makhluk Allah lainnya adalah makhluk sosial, makhluk yang saling
melengkapi, saling memberi arti, dan saling membutuhkan satu sama lain.
Diawali dari
rasa saling melengkapi, saling memberi arti dan saling membutuhkan untuk
menciptakan sebuah keseimbangan hidup, maka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
pun maka manusia melakukan suatu hubungan muamalah yang otomatis mengikuti
segala ketentuan yang telah di atur oleh-Nya.
Suatu hubungan
muamalah yang dibangun dan dijalankan manusia dengan makhluk lainnya seharusnya
dilandaskan atas dasar cinta dan ketaatan pada-Nya. Karena jika kita
melandaskan sebuah hubungan muamalah bukan atas dasar cinta, ketaatan dan kasih
sayang kepada Allah, maka kita pun tak bisa mencintai Allah. Namun jika kita
melandaskan hubungan muamalah ini atas dasar cinta, ketaatan dan kasih sayang kepada
Allah, maka otomatis kita pun bisa mencintai Allah dan mencintai makhluk
lainnya.
Setiap makhluk
hidup yang diciptakan Allah, pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya. Setiap
kekurangan ataupun kelemahan yang diberikan Allah kepada makhluk tertentu,
pasti itu juga merupakan sebuah kelebihan yang diberikan Allah kepada-nya.
Jadi, dalam hidup kita tidak boleh meremehkan ataupun
menghina makhluk ciptaan Allah lainnya, karena meremehkan makhluk lainnya, sama
saja kita meremehkan kekuasaan, dan meremehkan kebesaran Allah. Karena
bagaimanapun rupa, bentuk, warna, wajah, dan fungsi setiap makhluk hidup yang
diciptakan Allah, maka ia tetaplah makhluk hidup yang selayaknya mendapatkan
kasih sayang dari manusia.
Kita harus meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmah yang bisa diambil. Karena tidak ada yang kebetulan dan tak ada yang sia-sia. Semua yang bergerak, yang mati, yang hidup, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja yang dikaruniakan Allah adalah jalan bagi kita untuk bertafakur, menjadi spirit pembangun jiwa untuk senantiasa bermuhasabah, mu’ahadah, mujahadah, muraqabah, mu’aqabah dan terlebih lagi sebagai amal perbuatan, sebagai amal ibadah menuju Ridho-Nya.
Kita harus meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini pasti ada hikmah yang bisa diambil. Karena tidak ada yang kebetulan dan tak ada yang sia-sia. Semua yang bergerak, yang mati, yang hidup, yang terlihat, yang terdengar, dan apa saja yang dikaruniakan Allah adalah jalan bagi kita untuk bertafakur, menjadi spirit pembangun jiwa untuk senantiasa bermuhasabah, mu’ahadah, mujahadah, muraqabah, mu’aqabah dan terlebih lagi sebagai amal perbuatan, sebagai amal ibadah menuju Ridho-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar