“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).
Kerugian dan Keberuntungan adalah dua kata yang saling melengkapi, saling
mengisi dan saling memberi arti. Harmonisasi dua kata ini membuat hidup menjadi
lebih indah, lebih berwarna seperti warna pelangi. Bila pelangi hanya berisi
satu warna maka pelangi tidaklah seindah sekarang. Begitu pula dengan hidup
kita. Kerugian dan keberuntungan membuat hidup kita menjadi indah dan berwarna.
Kita menjadi lebih bisa menghargai suatu keberuntungan setelah kita mengalami
suatu kerugian. Kita bisa menjadi lebih lebih arif dan bijaksana mungkin karena
suatu kerugian yang kita alami, bukannya suatu keberuntungan.
Pandangan kita
terhadap suatu hal, sangat tergantung ‘kaca mata’ yang kita gunakan. Coba kita
bayangkan, kalau kita melihat langit biru sambil menggunakan kacamata hitam,
apakah langit biru itu akan tetap berwarna biru? Begitu juga kalau kita
menggunakan kacamata lensa merah, langit itu pun akan berubah warna. Langit
yang sama, bisa berbeda warna bila kita melihatnya dengan kacamata yang
berbeda.
Nah, untuk menilai keberuntungan pun seperti itu, tergantung kacamata yang kita gunakan. Seseorang yang mengalami suatu hal bisa dikatakan beruntung, bisa juga dikatakan tidak beruntung, tergantung dilihat dengan ‘kacamata’ apa.
Nah, untuk menilai keberuntungan pun seperti itu, tergantung kacamata yang kita gunakan. Seseorang yang mengalami suatu hal bisa dikatakan beruntung, bisa juga dikatakan tidak beruntung, tergantung dilihat dengan ‘kacamata’ apa.
Suatu hal, suatu kondisi dan suatu kejadiaan dianggap suatu kerugian atau
suatu keberuntungan sebenarnya tergantung dari mana kita melihat kejadian itu.
Suatu kejadian yang kita anggap sebagai suatu keberuntungan mungkin buat orang
lain adalah suatu kerugian. Bahkan mungkin oleh diri kita sendiri.
Keberuntungan ada untuk memberikan rasa optimis pada diri kita, bahwa ada ALLAH yang
mendampingi kita, yang membantu kita dan yang menyempurnakan usaha kita, ALLAH
yang mempunyai rencana yang indah untuk kita, bukan akal pikiran kita. Maka
nikmatilah setiap kerugian dan keberuntungan yang kita hadapi.
Apapun yang terjadi, hidup harus kita
lanjutkan. Karena berhenti berjuang di tengah jalan sama dengan mundur yang
artinya kalah sebelum bertarung. Meski masalah menumpuk, cobaan menanti, kita
tak boleh menyerah. Kita harus senantiasa menghiasi hari dengan penuh semangat,
semangat para mukminin untuk menyambut janji suci dari Sang Maha Suci, Allah Subhanahu wa Ta’alaa.
Semangat hidup, harus kita kobarkan, selamanya. Karena hidup, tak mengenal
siaran tunda.
Perlahan tapi pasti, waktu berlalu dengan setiap
kesannya. Ia berlalu begitu cepat, tanpa terasa. Ia menipu siapa saja
yang tak pernah memperhatikannya. Benarlah apa yang difirmankanNya. “ Demi
Masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian.” ( Al Ashr:
1-2 ). Dari
ayat ini, kita mengetahui bahwa semua manusia berada dalam kerugian. Rugi dalam
berbagai batasnya, rugi dalam berbagai bentuknya. Ada yang rugi karena
bisnisnya bangkrut. Ada yang rugi karena ditinggal pasangan hidupnya. Adapula
yang rugi karena kehilangan kesempatan berbuat kebaikan. Ada juga yang merugi
lantaran melewatkan kesempatan emas untuk memberikan yang terbaik bagi teman
hidupnya. Singkatnya, “Mereka
yang hari ini sama dengan hari kemarin,” sebagaimana sabda Nabi,“Adalah
orang yang merugi.”
Adalah tidak adil jika Allah hanya menciptakan rugi
tanpa pasangan. Karena sunnahNya berlaku dalam setiap kondisi. Ada benar,
pastinya ada salah. Ada laki-laki, pastinya ada wanita. Begitupun seterusnya.
Maka, ada rugi pastinya ada pula untung. Lalu , siapakah yang beruntung? “Kecuali
orang yang beriman, dan beramal shalih, saling nasihat menasihati dalam kebenaran,
dan saling nasihat menasihati dalam kesabaran.” (Al Ashr: 3). Ya. Empat hal itulah yang akan membuat
kita beruntung. Empat hal inilah yang merupakan konsep keberuntungan dalam Al
Qur’an. Ia adalah manhaj yang sangat jelas. Sebuah panduan yang
tidak mungkin keliru. Mereka yang beriman, beramal shalih, saling meningatkan
dalam kebenaran dan kesabaran, adalah mereka yang beruntung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar