Selasa, 27 Januari 2015

Desain Re/Dekonstruksi Akuntansi

Kita mengetahui bahwa akuntansi itu merupakan sebuaah ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan itu tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai yang membentuk ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun yang terjadi serang bahwa akuntansi hanya sekedar ilmu pengetahuan tanpa diikat oleh nilai-nilai.
Akuntansi saat ini hanya dipandang sebagai sebuah alat untuk memenuhi keinginan investor, kreditor, ataupun pemegang saham, sehingga dalam aktivitas operasionalnya hanya tertuju pada hal-hal yang bersifat material saja, dan tentu dalam tahap ini, ada teori-teori yang digunakan sebagai landasan ataupun pijakan untuk melancarkan segenap tugas demi memuaskan keinginan para pemangku kepentingan.
Teori-teori tersebut antara lain theory of agency, theory of property rights, Theory of finance, theory of the ownership structure of the firm,  dan lain sebagainya. Teori-teori ini menurut saya, terlalu berlebihan. Mengapa? Karena teori-teori ini hanya menilai hak dari prinsipal saja, tanpa memperhatikan hak-hak agen.
Ketika hal ini terjadi, maka agenpun bisa saja melakukan hal-hal yang lain yang tidak diketahui oleh prinsipal, hal ini otomatis bisa menimbulkan lahirnya asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Selain itu teori ini sepertinya merupakan ideologi yang terlalu materialitas, terlalu memuji setinggi langit lembaga kepemilikan swasta tanpa memperhatikan human rights dan property rights.
Pada saat ini mungkin pada sebagian orang uang merupakan atau bahkan menjadi perhatian utama. Seseorang mungkin melakukan sebuah kegiatan entah itu usaha hanya untuk mindapatkan uang. Memang pada dasarnhya tidak salah jika seseorang melakukan sebuah aktivitas ataupun usaha tersebut untuk mendapatkan uang.
Namun yang jadi permasalahan dini adalah tentang bagaimana caranya seseorang itu mendapatkan uang? Apakah uang itu diperoleh dari cara yang halal? Apakah uang itu diperoleh dari cara yang baik? Apakah melalui cara yang tidak halal? Apakah melalui cara yang tidak baik? Atau malah diperoleh dari cara-cara yang tidak halal dan juga tidak baik? Wallahu’alam.
Nah, di sini perlu ada sesuatu yang baru dalam akuntansi. Harus ada nilai-nilai dalam akuntansi. Walaupun sebenarnya akuntansi itu sendiri tidak terlepas dari nilai-nilai, namun perlu ditekankan bahwa nilai-nilai dalam akuntansi itu harus digali, harus ditumbuhkan, bahkan harus dikembangkan.
Dari nilai-nilai ini maka akan tumbuh sebuah ide baru, sebuah solusi baru, bukan hanya berkutat pada angka-angka material, bukan hanya tertuju pada laba yang besar/ tinggi, bukan hanya sekedar untuk mementingkan serta memuaskan pemangku kepentingan saja, namun lebih dari itu.
Akuntansi sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang lebih memperhatikan, yang lebih mempertimbangkan hak-hak manusia yang lainnya, tidak egois, tidak mementingkan diri sendiri, saling menopang satu sama lain, saling terbuka, saling mengasihi, menjunjung sportivitas, menjunjung nilai-nilai keadilan, nilai kejujuran, nilai kebersamaan, nilai-nilai kearifan lokal yang disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat, dan terlebih lagi akuntansi itu seharusnya tidak terlepas dari adanya nilai-nilai “ke-Tuhan-an”, nilai-nilai sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada Allah, nilai-nilai ibadah dalam setiap aktivitasnya.
Berdasarkan pada hal ini, maka akuntansi bukan hanya sekedar berputar pada uang, pendapatan, biaya, laba ataipun rugi. Namun selayaknya dalam akuntansi harus ada nilai-nilai, entah itu nilai spiritualitas, religiusitas, nilai-nilai sosial, budaya, politik, hukum dan lain sebagainya dalam akuntansi karena pada hakikatnya akuntansi itu tidak terlepas dari nilai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar