Kita mengetahui
bahwa akuntansi itu merupakan sebuaah ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan
itu tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai yang membentuk ilmu pengetahuan
itu sendiri. Namun yang terjadi serang bahwa akuntansi hanya sekedar ilmu
pengetahuan tanpa diikat oleh nilai-nilai.
Akuntansi saat
ini hanya dipandang sebagai sebuah alat untuk memenuhi keinginan investor,
kreditor, ataupun pemegang saham, sehingga dalam aktivitas operasionalnya hanya
tertuju pada hal-hal yang bersifat material saja, dan tentu dalam tahap ini,
ada teori-teori yang digunakan sebagai landasan ataupun pijakan untuk
melancarkan segenap tugas demi memuaskan keinginan para pemangku kepentingan.
Teori-teori
tersebut antara lain theory of agency, theory of property rights, Theory of
finance, theory of the ownership structure of the firm, dan lain sebagainya. Teori-teori ini menurut
saya, terlalu berlebihan. Mengapa? Karena teori-teori ini hanya menilai hak
dari prinsipal saja, tanpa memperhatikan hak-hak agen.
Ketika hal ini
terjadi, maka agenpun bisa saja melakukan hal-hal yang lain yang tidak diketahui
oleh prinsipal, hal ini otomatis bisa menimbulkan lahirnya asimetri informasi
antara agen dan prinsipal. Selain itu teori ini sepertinya merupakan ideologi
yang terlalu materialitas, terlalu memuji setinggi langit lembaga kepemilikan
swasta tanpa memperhatikan human
rights dan property rights.
Pada saat ini mungkin pada sebagian orang uang merupakan atau bahkan
menjadi perhatian utama. Seseorang mungkin melakukan sebuah kegiatan entah itu
usaha hanya untuk mindapatkan uang. Memang pada dasarnhya tidak salah jika
seseorang melakukan sebuah aktivitas ataupun usaha tersebut untuk mendapatkan
uang.
Namun yang jadi permasalahan dini adalah tentang bagaimana caranya
seseorang itu mendapatkan uang? Apakah uang itu diperoleh dari cara yang halal?
Apakah uang itu diperoleh dari cara yang baik? Apakah melalui cara yang tidak
halal? Apakah melalui cara yang tidak baik? Atau malah diperoleh dari cara-cara
yang tidak halal dan juga tidak baik? Wallahu’alam.
Nah, di sini perlu ada sesuatu yang baru dalam akuntansi. Harus ada
nilai-nilai dalam akuntansi. Walaupun sebenarnya akuntansi itu sendiri tidak
terlepas dari nilai-nilai, namun perlu ditekankan bahwa nilai-nilai dalam
akuntansi itu harus digali, harus ditumbuhkan, bahkan harus dikembangkan.
Dari nilai-nilai ini maka akan tumbuh sebuah ide baru, sebuah solusi
baru, bukan hanya berkutat pada angka-angka material, bukan hanya tertuju pada
laba yang besar/ tinggi, bukan hanya sekedar untuk mementingkan serta memuaskan
pemangku kepentingan saja, namun lebih dari itu.
Akuntansi sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang
lebih memperhatikan, yang lebih mempertimbangkan hak-hak manusia yang lainnya,
tidak egois, tidak mementingkan diri sendiri, saling menopang satu sama lain,
saling terbuka, saling mengasihi, menjunjung sportivitas, menjunjung nilai-nilai
keadilan, nilai kejujuran, nilai kebersamaan, nilai-nilai kearifan lokal yang
disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat, dan terlebih lagi akuntansi itu
seharusnya tidak terlepas dari adanya nilai-nilai “ke-Tuhan-an”, nilai-nilai
sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada Allah, nilai-nilai ibadah dalam
setiap aktivitasnya.
Berdasarkan pada hal ini, maka akuntansi bukan hanya sekedar berputar
pada uang, pendapatan, biaya, laba ataipun rugi. Namun selayaknya dalam
akuntansi harus ada nilai-nilai, entah itu nilai spiritualitas, religiusitas,
nilai-nilai sosial, budaya, politik, hukum dan lain sebagainya dalam akuntansi
karena pada hakikatnya akuntansi itu tidak terlepas dari nilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar