Berbicara tentang bank syariah tentu
tidak lepas dari yang namanya kinerja bank syariah itu sendiri. Bank syariah yang kita kenal ada Bank Muamalat,
bahkan beberapa bank konvensional kini telah membuka Bank syariah baru seperti Bank
Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, BCA Syariah, Bank Mega Syariah, dan
lain sebagainya. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ini pada dasarnya tidak
terlepas dari kinerja daripada karyawan ataupun pegawai bank syariah tersebut.
Namun dalam perkembangannya ada sesuatu yang harus ditinjau kembali terkait
dengan kinerja bank syariah yang ada saat ini.
Sebagaimana pengukuran kinerja bank
syariah yang ada hanya didasarkan pada pengukuran kinerja bank konvensional. Seperti
pengukuran kinerja tradisional ataupun balance
scorecard. Nah, kalau sudah seperti itu apa bedanya bank syariah dengan
bank konvensional lainnya? Walaupun seiring berkembangnya zaman, pengukuran
kinerja bank syariah sudah mulai bermunculan, seperti CAMEL, Intellectual Capital ini masih belum mampu untuk menjelaskan
dan mengungkapkan kinerja dari Bank Syariah itu sendiri. Karena metode-metode
di atas saya rasa hanya disarkan pada angka-angka saja, hanya di dasarkan pada
kepentingan pemilik modal saja.
Namun kita juga harus memperhatikan
ada indikator lain yang harus diukur dalam penilaian kinerja bank syariah itu
sendiri. Saya rasa bahwa kinerja bank syariah juga harus bisa memperhatikan
“kesejahteraan karyawan”. “kesejahteraan” di sini bukanlah sejahtera dalam hal
materi, namun juga dalam hal non materi. Contohnya kebahagiaan karyawan ataupun
nasabah yang menabung ataupun yang melakukan pembiayaan di Bank Syariah. Karena
kita tahu bahwa orang yang bekerja di Bank itu seperti kerja rodi. Turun pagi,
pulangnya malam. Nah di sini kita lihat bahwa orang yang hidupnya selalu dipacu
untuk kerja, kerja, dan bekerja ini akan mengalami tingkat kejenuhan yang cukup
signifikan. Kita tak tahu apa yang dirasakan oleh para karyawan ataupun pegawai
bank syariah di sini. Apalagi pegawai bank syariah dituntut untuk bisa mencapai
target, baik itu target jangka panjang maupun jangka pendek. Target untuk
mendapatkan nasabah yang melakuakan pembiayaan ataupun yang mau menabung di
bank syariah. Dari tuntutan demi tuntutan target demi target, akhirnya bank
syariahpun melakukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan prinsip bank
syariah.
Back to Penilaian Kinerja........
Intinya bahwa dalam hal penilaian
kinerja bank syariah haruslah memperhatikan hal-hal yang non materi juga.
Karena terkadang hal-hal yang bersifat non materi itu sifatnya substansial.
Namun memang pada dasarnya untuk merumuskan sebuah konsep penilaian kinerja
bank syariah itu sendiri memang tidaklah mudah seperti membolak-balikan tangan,
merumuskan konsep pengukuran kinerja bank syariah membutuhkan usaha yang lebih
keras lagi. Saya di sini mencoba menawarkan sebuah konsep untuk penilaian
kinerja bank syariah. Saya beri nama dengan “JAMAL” (Jujur, Amanah. Muamalah, Adil, dan Lemah Lembut).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar