Sebagai pendahuluan bab ini, penulis memberikan penjelasan umum terkait dengan jalan dakwah. Tugas terbesar umat Islam ialah memimpin dunia, mengajar seluruh kemanusian kepada sistem Islam, membimbing cara hidup Islam, membimbing kepada ajaran yang baik, karena tanpa Islam, manusia tidak mungkin bahagia. Dimana tugas tersebut bukan tugas yang juz’iah, sampingan atau sebagian-sebagian serta bukan hanya mencapai tujuan-tujuan terbatas dalam aspek, tempat, daerah, bangsa, atau tanah air tertentu. Akan tetapi tugas ini merupakan satu tugas agung yang meliputi segenap sisi kehidupan demi kebaikan seluruh manusia bahkan untuk seluruh makhluk Allah. Karena Rasulullah diutus untuk membawa rahmat ke seluruh alam.
Tabiat jalan dakwah (seperti yang tercantum di dalam surat al-ankabut: 1-3) tidaklah mudah tetapi merupakan jalan yang sukar dan panjang. Dalam dakwah memerlukan kesabaran, ketekunan memikul beban berat, kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Dengan kata lain berusaha dengan sebaik mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Diingatkan pula bahwa selalu ada balasan baik bagi yang beriman dan bertakwa kepada ALLAH.
Ada tiga wasilah dan kebijaksanaan umum dalam dakwah, yaitu:
1. Iman yang mendalam (Iman Amiq)
2. Pembentukan yang rapi (Takwin Daqiq)
3. Usaha dan Amal yang berkesinambungan (Amal Mutawasil)
Ada tiga pula untuk tahapan dakwahnya yaitu:
1. Tahap penerangan (ta’rif) atau tahap propaganda
Dimana merupakan langkah pertama suatu perjalanan dakwah. Kesuksesan dan keselamatan tahap inilah yang menentukan dan akan mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya. Dalam tahap ini diharuskan seorang muslim (aktivis dakwah) memahami islam dengan pemahama yang murni dan benar. Serta harus kembali kepada pedoman kita yang selalu dijaga oleh Allah SWT yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Dalam tahap ini juga para aktivis dakwah harus paham bahwa ketika menyampaikan dakwah dan peringatan harus mengemukakan keuniversalan islam dengan lengkap, utuh, total tanpa memisahkan antara satu bagian dan bagian lain atau bahkan menghapus satu bagian dari keseluruhan. Untuk mewujudkan cita-cita dalam memperkenalkan dan mengembangkan dakwah, seorang da’i harus memiliki sifat-sifat asasi dan harus berpegang pada uslub atau cara yang baik dan benar dalam pelaksanaan dakwahnya. Salah satunya yaitu harus menjadi contoh, teladan, dan model yang baik bagi Islam yang didakwahkan. Harus melaksanakan semua rukun Islam, mengikuti Sunnah dan cara hidup Rasulullah saw., menjauhi yang syubhat dan yang meragukan dan menjauhi segala yang haram. Serta senantiasa mengingat Allah dalam persolan kecil ataupun besar. Intinya adalah, seorang da’i harus mempunyai niat yang ikhlas dan kebulatan tekad semata-mata karena Allah dan dakwah Allah. Da’i juga dituntut punya pengetahuan luas, mengikuti perkembangan dan situasi, dan mengetahui berbagai aliran pemikiran dan ideologi modern.
2. Tahap pembinaan dan pembentukan (takwin)
Tahap ini harus mengikuti tahap sebelumnya agar tahap penerangan dan pengenalan ide dakwah tidak menjadi sia-sia dan tidak hilang tanpa bekas. Sebelum masuk ke tahap ini, para da’i harus mempersiapkan dirinya dengan melakukan perubahan yang menuju pada segala sesuatu yang Islami mulai dari dirinya sendiri. Ada ungkapan indah dari Hasan Al-Hudhaibi mengenai masalah ini, yaitu:
“Tegakkan daulah Islamiyah di dalam hatimu, agar ia tegak diatas bumimu”
Tujuan dari tahap ini adalah agar Islam mempunyai kader dakwah yang Islami. Islam tidak butuh banyak kader dakwah tapi tak ada satupun yang mempunyai karakter Islami. Yang dibutuhkan adalah muslim yang selamat aqidahnya, benar ibadahnya, teguh akhlaknya, pikirannya terdidik, badannya kuat, memiliki usaha yang mampu berdikari, ikhlas berqurban untuk diri sendiri dan orang lain, sanggup memerangi hawa nafsu, disiplin dalam segala urusannya dan memiliki nilai-nilai asasi bagi seorang da’i dan pendukung dakwah. Dalam tahap ini para kader dakwah dipersiapkan untuk bertempur menuju medan dakwah serta digembleng agar siap berjihad atas namaNya.
3. Tahap pelaksanaan (Tanfidz)
Tahap ini adalah tahap terakhir yang mana mempunyai tantangan lebih berat. Kesabaran, keilmuan, dan segala keahlian da’i yang telah digembleng sebelumnya akan di uji pada tahap ini.
Penyelewengan dakwah yang harus dihindari:
- Fitnah Ilmu: dapat menyebabkan dikeluarnya hukum baru yang sama sekali tidak ada di al-qur’an dan al-Hadits.
- Furu’iyah dan ushul: selalu memperdebatkan masalah tersebut dari bentuk lahiriahnya tanpa melihat dan mengurus isi/pokok (inti). Karena sebelum menyuruh seseorang yang diseur dengan hal-hal yang bersifat furu’iyah (cabang), terlebih dahulu bersama mereka harus mengukuhkan dan menegakkan masalah ushul (pokok) atau dasar aqidah Islam dalam diri kita.
- Keras dan Keterlaluan: para da’i harus waspada untuk tidak terlalu keras dan sangat keterlaluan dalam membebankan dirinya dengan melakukan tugas-tugas taat dan ibadah yang diluar kemampuannya. Juru dakwah harus dapat membedakan antara tindakan yang tegas penuh kesungguhan, dengan keterlaluan serta membebani diri di luar kemampuan. Amal yang sedikit tetapi kontinu itu lebih baik dari pada amal yang banyak tetapi terputus dan terhenti di tengah jalan.
- Sikap terburu-buru dan Kelonggaran: Sikap terburu-buru berbahaya karena mengakibatkan tindakan tanpa perencanaan yang matang. Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang dicita-citakan, bahkan dapat merusak dan membahayakan harakah Islam.
- Antara Politik dan Pendidikan: Dalam dakwah tidak boleh memandang enteng peranan tarbiyah (pendidikan) pembentukan dan perlunya beriltizam dengan ajaran Islam dalam membentuk asas dan dasar yang teguh. Dalam dakwah juga tidak boleh terburu-buru mempergunakan cara dan uslub politik menurut syarat dan cara partai-partai politik karena dengan begitu kita akan mudah terpedaya dengan kuantitas anggota yang diambil dan dianggap menguntungkan tanpa mewujudkan iltizam tarbiyah.
- Antara Dakwah dan Pribadi Manusia: karena Juru dakwah adalah manusia yang kadang kala benar dan kadang kala salah serta kadangkala berbeda pendapat. Tetapi diharapkan para da’i dapat mengkondisikan diri. Sehingga perbedaan pendapat tidak menjadikan para da’i merasa paling benar dan menjadi ahli debat dengan mengatas namakan dakwah. Hal ini akan menghancurkan segala usaha kita disebabkan waktu yang terbuang percuma untuk perdebatan, perpecahan, dan usaha untuk membuat perdamaian yang terus saja berulang jika muncul masalah baru.
Yang ada di sekitar penyelewengan:
- Kontradiksi dan Kesulitan: Seorang da’i harus terampil dalam mengamati lingkungannya. Karena banyaknya kondisi yang kontradiksi di masyarakat kita. Yang mana adanya masyarakat dihadapkan pada kehidupan yang penuh kemaksiatan dan kehidupan yang Islami yang bebas dari kemaksiatan. Jika tidak ada yang memberi petunjuk dan bimbingan terhadap jalan fikiran dikhawatirkan masyarakat akan memilih kehidupan yang penuh kemaksiatan daripada kehidupan yang bebas dari kemaksiatan.
- Siapa yang bertanggung jawab bila penyelewengan terjadi? Jawabannya adalah jamaah. Karena seharusnya jamaah inilah yang mengarahkan, menunjukkan dan membimbing mereka berjalan di jalan dakwah sesuai dengan perjalan Rasulullah saw. Dan terus diterapkan sampai ajal tiba.
- Syumul dan Pandangan Jauh: Bekerja untuk Islam harus mempunyai pandangan yang syumul (menyeluruh) dan mendalam serta berpandangan jauh. Karena jalan dakwah ini butuh strategi yang sudah diperhitungkan sebelumnya resiko apa yang akan diambil. karena berdasarkan pengalaman, semangat yang meluap-luap bukanlah bukti kekuatan iman, malah menunjukkan kedangkalan jiwanya dan kurangnya kesiapan serta tidak bersabar menghadapi penderitaan. Ingatlah bahwa permasalahan dakwah ini menginginkan perubahan menuju tegaknya Daulah Islamiyah ‘Alamiyah (Negara Islam sejagat) dan untuk seluruh manusia. Maka diperlukan pandangan yang syumul, perhatian, dan perhitungan sewajarnya.
- Jalan yang benar: Untuk mencapai tujuan yang telah dicita-citakan, agar yang bathil itu diubah dan daulah yang haq ditegakkan, bagaimanapun harus dilakukan dengan jalan yang benar dan tepat yaitu, dengan menanam dasar aqidah secarah kokoh di dalam jiwa, mendidik da mempersiapkan generasi mukmin yang benar dan mampu mambangun suatu perubahan, membangun rumah tangga muslim yang menampilkan Islam di segenap kegiatan dan aspek hidupnya, bekerja dan berusaha sungguh-sungguh memenangkan pendapat umum, agar mereka memihak dakwah Islam.
- Merubah Realitas dan Menghapus Kemungkaran: hal ini memang merupakan tujuan dakwah. Tapi sekali lagi, para da’i harus memperhatikan bahwa merubah realitas dan menghapus kemungkaran bukanlah dilakukan dengan tindakan serta merta dan memerangi secara langsung atau memasuki medan pertentangan. Teladan yang diberikan oleh Rasulullah pada penduduk Mekah patut dijadikan contoh. Beliau tidak langsung memerangi penduduk Mekah yang menyembah berhala. Tetapi menunggu waktu yang tepat dan masa yang tepat untuk menghancurkan berhala-berhala tersebut.
- Kesabaran, Ketahanan dan penyampaian dakwah: Tiga unsur ini sangat penting di peringkat pertama dakwah yaitu sabar, tetap bertahan (istiqomah), dan menyampaikan dakwah dengan tekun.
- Jihad dan Menjual diri untuk Allah. Kesadaran inilah yang harus dimiliki seorang da’i untuk mensukseskan jalan dakwah ini.
Bagaimanapun, penyelewengan fikrah (pemikiran) lebih berbahaya dari pada penyelewengan harakiah (gerakan).
Rintangan atau Halangan Dakwah:
a. Manusia berpaling dari dakwah: Bagaimanapun seorang da’i memang harus memiliki sifat sabar dan selalu sabar. Jangan berkecil hati untuk sambutan pertama dari target dakwah kita. Sebagaimana Allah berfirman: “Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan” (Al-Maidah:99) selebihnya serahkan pada Allah. Karena Allah-lah yang menentukan siapa yang pantas untuk mendapatkan hidayah-Nya. Dan jangan pula bernggapan bahwa sambutan mereka yang pertama terhadap dakwah telah mencukupi dan memadai untuk meneruskan dan mengekalkan kesadaran mereka terhadap tugas mereka kepada Allah dan Islam. Mereka harus tetap diperhatikan. Karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Sehingga dengan terusnya mengingatkan akan memperkokoh jalan dakwah ini.
b. Olok-olok dan Ejekan: marah ketika diejek atau diolok-olok adalah manusiawi. Tetappi di sini, seorang da’i dituntut untuk melatih diri supaya menerima segala gangguan, olok-olok dan penghinaan dengan kesabaran dan doa untuk target dakwah kita agar diberi hidayah, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Hal ini sesuai dengan janji Allah dalam surat Fushilat ayat 33. Dan jadilah seperti apa yang dikatakan imam Hasan al-Banna: “Jadilah kamu manusia yang seperti pohon buah-buahan, apabila dilempar dengan batu, pohon itu bahkan melempari manusia dengan buah-buahannya”.
c. Penyiksaan: ingatlah firman Allah Surat Al-baqarah ayat 214. Penyiksaaan ini merupakan ujian da’i dalam menyampaikan kebenaran dan itu merupakan Sunnatullah. Itulah mengapa diharuskan bagi para da’i untuk memperkuat tekadnya, mengukuhkan kemauan sejak bermulanya langkah pertama di atas dakwah.
d. Kelaparan dan Kesenangan setelah Kesusahan
e. Jabatan dan alat mencari Rezeki
f. Istri dan Anak: oleh karena itu seorang Da’i harus selektif dalam memilih Istri. Carilah Istri yang solihah yang mana nantinya akan menjadi menyokong untuk kesuksesan dakwah ini dan mendidik anak-anak menjadi anak-anak yang akan meneruskan perjuangan. Bukannya menjadi halangan dalam kesuksesan dakwah.
g. Mabuk dunia dan Harta
h. Suara penghalang yang melemahkan: maksudnya suara dari lingkungan sekitar. Yang mana dapat berupa saran, ajakan, ajaran-ajaran, dan ancaman dari mereka yang lemah kemauan dan dangkal cita-citanya meneruskan perjalan dakwah karena mementingkan kesenangan di dunia yang semu. Atau, ancaman tersebut datangnya dari musuh-musuh Allah. Untuk menguatkan lihat firman Allah pada surat Ali Imran: 172-175, Ali Imran ayat 139, An-nisa ayat 104, dan Ali Imran ayat 146. Dan juga kata-kata mutiara dari Imam Hasan Al-Banna sehubungan dengan masalah ini adalah: “Kekuatan yang paling bagus apabila ia berada dalam kebenaran, dan kelemahan yang paling buruk kalau ia berada di hadapan kebathilan”
i. Kekerasan Hati karena lama tidak Aktif: untuk menjaga diri dari rintangan ini, pendukung dakwah harus memelihara dirinya supaya tidak terasing dari saudara-saudaranya, supaya senatiasa berada di dalam amal danusaha dakwah, tolong menolong di dalam kebaikan, wasiat-mewasiati tentang kebenaran dengan kesabaran.
j. Waspada sepanjang masa terhadap rintangan apapun yang akan melanda dan senantiasa berlindung kepada Allah (Al-A’raaf:200)
Perbaiki dirimu dan seru Orang lain:
a. Ibadah yang benar
b. Akhlak yang Kuat
c. Wawasan berfikir (tsaqafatul fikri)
Tiga aspek dasar tsaqafatul fikri:
1. Memahami Islam secara betul dan menyeluruh
2. Mengetahui persoalan-persoalan yang patut diketahui oleh orang-orang yang aktif dalam gerakan Islam.
3. Memantapkan spesialisasi ilmu yang dimiliki.
d. Kesehatan Jasmani
e. Aspek penting lainnya:
- Berjihad untuk dirinya
- Berguna kepada manusia
- Menjaga waktunya
- Disiplin dalam segala urusannya
- Mampu bekerja untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Cara mewujudkan perbaikan:
- Adanya pelaksana program yang sesuai dengan Risalah Ta’alim Hasan al-Banna
- Mengamalkan wirid
- Muhasabah setiap hari
Tujuan memperbaiki diri adalah melahirkan kader-kader aqidah yang ideal. Sedangkan Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak golongan mukminin yang benar, yang satu sama lainnya saling berkasih saying, yang memiliki dasar keimanan yang kokoh.
Tegakkan Keluarga Muslim
- Memilih calon Pasangan: Rasulullah bersabda:”Wanita itu dinikahi karena empat unsur: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dank arena agamanya. Maka kamu hendaknya memilih wanita yang beragama, agar kamu berbahagia”
- Beriltizam dengan ketentuan Islam
- Kebahagiaan Keluarga yang dicita-citakan: Allah telah berfirman: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya di antara kamu rasa kasih sayang” (Ar-Rum:21)
- Perkawinan itu Ibadah
- Perkawinan itu saling percaya mempercayai
- Perkawinan adalah sebuah syarikat yang dipimpin suami
- Perkawinan adalah tanggung jawab dan amanah
- Rumah tangga Muslim merupakan Risalah
- Rumah tangga muslim sebagai pusat pancaran cahaya
Marilah bersaudara
- Binalah persaudaraan karena Allah
- Saling ingat mengingatkan antara kita
- Galakkanlah Mekanisme saling mewasiati
- Hendaknya tetap dalam jalan dakwah
Tabiat jalan dakwah (seperti yang tercantum di dalam surat al-ankabut: 1-3) tidaklah mudah tetapi merupakan jalan yang sukar dan panjang. Dalam dakwah memerlukan kesabaran, ketekunan memikul beban berat, kemurahan hati, pemberian dan pengorbanan tanpa mengharap hasil yang segera, tanpa putus asa dan putus harapan. Dengan kata lain berusaha dengan sebaik mungkin dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Diingatkan pula bahwa selalu ada balasan baik bagi yang beriman dan bertakwa kepada ALLAH.
Ada tiga wasilah dan kebijaksanaan umum dalam dakwah, yaitu:
1. Iman yang mendalam (Iman Amiq)
2. Pembentukan yang rapi (Takwin Daqiq)
3. Usaha dan Amal yang berkesinambungan (Amal Mutawasil)
Ada tiga pula untuk tahapan dakwahnya yaitu:
1. Tahap penerangan (ta’rif) atau tahap propaganda
Dimana merupakan langkah pertama suatu perjalanan dakwah. Kesuksesan dan keselamatan tahap inilah yang menentukan dan akan mempengaruhi tahap-tahap selanjutnya. Dalam tahap ini diharuskan seorang muslim (aktivis dakwah) memahami islam dengan pemahama yang murni dan benar. Serta harus kembali kepada pedoman kita yang selalu dijaga oleh Allah SWT yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya. Dalam tahap ini juga para aktivis dakwah harus paham bahwa ketika menyampaikan dakwah dan peringatan harus mengemukakan keuniversalan islam dengan lengkap, utuh, total tanpa memisahkan antara satu bagian dan bagian lain atau bahkan menghapus satu bagian dari keseluruhan. Untuk mewujudkan cita-cita dalam memperkenalkan dan mengembangkan dakwah, seorang da’i harus memiliki sifat-sifat asasi dan harus berpegang pada uslub atau cara yang baik dan benar dalam pelaksanaan dakwahnya. Salah satunya yaitu harus menjadi contoh, teladan, dan model yang baik bagi Islam yang didakwahkan. Harus melaksanakan semua rukun Islam, mengikuti Sunnah dan cara hidup Rasulullah saw., menjauhi yang syubhat dan yang meragukan dan menjauhi segala yang haram. Serta senantiasa mengingat Allah dalam persolan kecil ataupun besar. Intinya adalah, seorang da’i harus mempunyai niat yang ikhlas dan kebulatan tekad semata-mata karena Allah dan dakwah Allah. Da’i juga dituntut punya pengetahuan luas, mengikuti perkembangan dan situasi, dan mengetahui berbagai aliran pemikiran dan ideologi modern.
2. Tahap pembinaan dan pembentukan (takwin)
Tahap ini harus mengikuti tahap sebelumnya agar tahap penerangan dan pengenalan ide dakwah tidak menjadi sia-sia dan tidak hilang tanpa bekas. Sebelum masuk ke tahap ini, para da’i harus mempersiapkan dirinya dengan melakukan perubahan yang menuju pada segala sesuatu yang Islami mulai dari dirinya sendiri. Ada ungkapan indah dari Hasan Al-Hudhaibi mengenai masalah ini, yaitu:
“Tegakkan daulah Islamiyah di dalam hatimu, agar ia tegak diatas bumimu”
Tujuan dari tahap ini adalah agar Islam mempunyai kader dakwah yang Islami. Islam tidak butuh banyak kader dakwah tapi tak ada satupun yang mempunyai karakter Islami. Yang dibutuhkan adalah muslim yang selamat aqidahnya, benar ibadahnya, teguh akhlaknya, pikirannya terdidik, badannya kuat, memiliki usaha yang mampu berdikari, ikhlas berqurban untuk diri sendiri dan orang lain, sanggup memerangi hawa nafsu, disiplin dalam segala urusannya dan memiliki nilai-nilai asasi bagi seorang da’i dan pendukung dakwah. Dalam tahap ini para kader dakwah dipersiapkan untuk bertempur menuju medan dakwah serta digembleng agar siap berjihad atas namaNya.
3. Tahap pelaksanaan (Tanfidz)
Tahap ini adalah tahap terakhir yang mana mempunyai tantangan lebih berat. Kesabaran, keilmuan, dan segala keahlian da’i yang telah digembleng sebelumnya akan di uji pada tahap ini.
Penyelewengan dakwah yang harus dihindari:
- Fitnah Ilmu: dapat menyebabkan dikeluarnya hukum baru yang sama sekali tidak ada di al-qur’an dan al-Hadits.
- Furu’iyah dan ushul: selalu memperdebatkan masalah tersebut dari bentuk lahiriahnya tanpa melihat dan mengurus isi/pokok (inti). Karena sebelum menyuruh seseorang yang diseur dengan hal-hal yang bersifat furu’iyah (cabang), terlebih dahulu bersama mereka harus mengukuhkan dan menegakkan masalah ushul (pokok) atau dasar aqidah Islam dalam diri kita.
- Keras dan Keterlaluan: para da’i harus waspada untuk tidak terlalu keras dan sangat keterlaluan dalam membebankan dirinya dengan melakukan tugas-tugas taat dan ibadah yang diluar kemampuannya. Juru dakwah harus dapat membedakan antara tindakan yang tegas penuh kesungguhan, dengan keterlaluan serta membebani diri di luar kemampuan. Amal yang sedikit tetapi kontinu itu lebih baik dari pada amal yang banyak tetapi terputus dan terhenti di tengah jalan.
- Sikap terburu-buru dan Kelonggaran: Sikap terburu-buru berbahaya karena mengakibatkan tindakan tanpa perencanaan yang matang. Selanjutnya, hal ini akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan yang dicita-citakan, bahkan dapat merusak dan membahayakan harakah Islam.
- Antara Politik dan Pendidikan: Dalam dakwah tidak boleh memandang enteng peranan tarbiyah (pendidikan) pembentukan dan perlunya beriltizam dengan ajaran Islam dalam membentuk asas dan dasar yang teguh. Dalam dakwah juga tidak boleh terburu-buru mempergunakan cara dan uslub politik menurut syarat dan cara partai-partai politik karena dengan begitu kita akan mudah terpedaya dengan kuantitas anggota yang diambil dan dianggap menguntungkan tanpa mewujudkan iltizam tarbiyah.
- Antara Dakwah dan Pribadi Manusia: karena Juru dakwah adalah manusia yang kadang kala benar dan kadang kala salah serta kadangkala berbeda pendapat. Tetapi diharapkan para da’i dapat mengkondisikan diri. Sehingga perbedaan pendapat tidak menjadikan para da’i merasa paling benar dan menjadi ahli debat dengan mengatas namakan dakwah. Hal ini akan menghancurkan segala usaha kita disebabkan waktu yang terbuang percuma untuk perdebatan, perpecahan, dan usaha untuk membuat perdamaian yang terus saja berulang jika muncul masalah baru.
Yang ada di sekitar penyelewengan:
- Kontradiksi dan Kesulitan: Seorang da’i harus terampil dalam mengamati lingkungannya. Karena banyaknya kondisi yang kontradiksi di masyarakat kita. Yang mana adanya masyarakat dihadapkan pada kehidupan yang penuh kemaksiatan dan kehidupan yang Islami yang bebas dari kemaksiatan. Jika tidak ada yang memberi petunjuk dan bimbingan terhadap jalan fikiran dikhawatirkan masyarakat akan memilih kehidupan yang penuh kemaksiatan daripada kehidupan yang bebas dari kemaksiatan.
- Siapa yang bertanggung jawab bila penyelewengan terjadi? Jawabannya adalah jamaah. Karena seharusnya jamaah inilah yang mengarahkan, menunjukkan dan membimbing mereka berjalan di jalan dakwah sesuai dengan perjalan Rasulullah saw. Dan terus diterapkan sampai ajal tiba.
- Syumul dan Pandangan Jauh: Bekerja untuk Islam harus mempunyai pandangan yang syumul (menyeluruh) dan mendalam serta berpandangan jauh. Karena jalan dakwah ini butuh strategi yang sudah diperhitungkan sebelumnya resiko apa yang akan diambil. karena berdasarkan pengalaman, semangat yang meluap-luap bukanlah bukti kekuatan iman, malah menunjukkan kedangkalan jiwanya dan kurangnya kesiapan serta tidak bersabar menghadapi penderitaan. Ingatlah bahwa permasalahan dakwah ini menginginkan perubahan menuju tegaknya Daulah Islamiyah ‘Alamiyah (Negara Islam sejagat) dan untuk seluruh manusia. Maka diperlukan pandangan yang syumul, perhatian, dan perhitungan sewajarnya.
- Jalan yang benar: Untuk mencapai tujuan yang telah dicita-citakan, agar yang bathil itu diubah dan daulah yang haq ditegakkan, bagaimanapun harus dilakukan dengan jalan yang benar dan tepat yaitu, dengan menanam dasar aqidah secarah kokoh di dalam jiwa, mendidik da mempersiapkan generasi mukmin yang benar dan mampu mambangun suatu perubahan, membangun rumah tangga muslim yang menampilkan Islam di segenap kegiatan dan aspek hidupnya, bekerja dan berusaha sungguh-sungguh memenangkan pendapat umum, agar mereka memihak dakwah Islam.
- Merubah Realitas dan Menghapus Kemungkaran: hal ini memang merupakan tujuan dakwah. Tapi sekali lagi, para da’i harus memperhatikan bahwa merubah realitas dan menghapus kemungkaran bukanlah dilakukan dengan tindakan serta merta dan memerangi secara langsung atau memasuki medan pertentangan. Teladan yang diberikan oleh Rasulullah pada penduduk Mekah patut dijadikan contoh. Beliau tidak langsung memerangi penduduk Mekah yang menyembah berhala. Tetapi menunggu waktu yang tepat dan masa yang tepat untuk menghancurkan berhala-berhala tersebut.
- Kesabaran, Ketahanan dan penyampaian dakwah: Tiga unsur ini sangat penting di peringkat pertama dakwah yaitu sabar, tetap bertahan (istiqomah), dan menyampaikan dakwah dengan tekun.
- Jihad dan Menjual diri untuk Allah. Kesadaran inilah yang harus dimiliki seorang da’i untuk mensukseskan jalan dakwah ini.
Bagaimanapun, penyelewengan fikrah (pemikiran) lebih berbahaya dari pada penyelewengan harakiah (gerakan).
Rintangan atau Halangan Dakwah:
a. Manusia berpaling dari dakwah: Bagaimanapun seorang da’i memang harus memiliki sifat sabar dan selalu sabar. Jangan berkecil hati untuk sambutan pertama dari target dakwah kita. Sebagaimana Allah berfirman: “Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan” (Al-Maidah:99) selebihnya serahkan pada Allah. Karena Allah-lah yang menentukan siapa yang pantas untuk mendapatkan hidayah-Nya. Dan jangan pula bernggapan bahwa sambutan mereka yang pertama terhadap dakwah telah mencukupi dan memadai untuk meneruskan dan mengekalkan kesadaran mereka terhadap tugas mereka kepada Allah dan Islam. Mereka harus tetap diperhatikan. Karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Sehingga dengan terusnya mengingatkan akan memperkokoh jalan dakwah ini.
b. Olok-olok dan Ejekan: marah ketika diejek atau diolok-olok adalah manusiawi. Tetappi di sini, seorang da’i dituntut untuk melatih diri supaya menerima segala gangguan, olok-olok dan penghinaan dengan kesabaran dan doa untuk target dakwah kita agar diberi hidayah, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah. Hal ini sesuai dengan janji Allah dalam surat Fushilat ayat 33. Dan jadilah seperti apa yang dikatakan imam Hasan al-Banna: “Jadilah kamu manusia yang seperti pohon buah-buahan, apabila dilempar dengan batu, pohon itu bahkan melempari manusia dengan buah-buahannya”.
c. Penyiksaan: ingatlah firman Allah Surat Al-baqarah ayat 214. Penyiksaaan ini merupakan ujian da’i dalam menyampaikan kebenaran dan itu merupakan Sunnatullah. Itulah mengapa diharuskan bagi para da’i untuk memperkuat tekadnya, mengukuhkan kemauan sejak bermulanya langkah pertama di atas dakwah.
d. Kelaparan dan Kesenangan setelah Kesusahan
e. Jabatan dan alat mencari Rezeki
f. Istri dan Anak: oleh karena itu seorang Da’i harus selektif dalam memilih Istri. Carilah Istri yang solihah yang mana nantinya akan menjadi menyokong untuk kesuksesan dakwah ini dan mendidik anak-anak menjadi anak-anak yang akan meneruskan perjuangan. Bukannya menjadi halangan dalam kesuksesan dakwah.
g. Mabuk dunia dan Harta
h. Suara penghalang yang melemahkan: maksudnya suara dari lingkungan sekitar. Yang mana dapat berupa saran, ajakan, ajaran-ajaran, dan ancaman dari mereka yang lemah kemauan dan dangkal cita-citanya meneruskan perjalan dakwah karena mementingkan kesenangan di dunia yang semu. Atau, ancaman tersebut datangnya dari musuh-musuh Allah. Untuk menguatkan lihat firman Allah pada surat Ali Imran: 172-175, Ali Imran ayat 139, An-nisa ayat 104, dan Ali Imran ayat 146. Dan juga kata-kata mutiara dari Imam Hasan Al-Banna sehubungan dengan masalah ini adalah: “Kekuatan yang paling bagus apabila ia berada dalam kebenaran, dan kelemahan yang paling buruk kalau ia berada di hadapan kebathilan”
i. Kekerasan Hati karena lama tidak Aktif: untuk menjaga diri dari rintangan ini, pendukung dakwah harus memelihara dirinya supaya tidak terasing dari saudara-saudaranya, supaya senatiasa berada di dalam amal danusaha dakwah, tolong menolong di dalam kebaikan, wasiat-mewasiati tentang kebenaran dengan kesabaran.
j. Waspada sepanjang masa terhadap rintangan apapun yang akan melanda dan senantiasa berlindung kepada Allah (Al-A’raaf:200)
Perbaiki dirimu dan seru Orang lain:
a. Ibadah yang benar
b. Akhlak yang Kuat
c. Wawasan berfikir (tsaqafatul fikri)
Tiga aspek dasar tsaqafatul fikri:
1. Memahami Islam secara betul dan menyeluruh
2. Mengetahui persoalan-persoalan yang patut diketahui oleh orang-orang yang aktif dalam gerakan Islam.
3. Memantapkan spesialisasi ilmu yang dimiliki.
d. Kesehatan Jasmani
e. Aspek penting lainnya:
- Berjihad untuk dirinya
- Berguna kepada manusia
- Menjaga waktunya
- Disiplin dalam segala urusannya
- Mampu bekerja untuk memenuhi keperluan hidupnya.
Cara mewujudkan perbaikan:
- Adanya pelaksana program yang sesuai dengan Risalah Ta’alim Hasan al-Banna
- Mengamalkan wirid
- Muhasabah setiap hari
Tujuan memperbaiki diri adalah melahirkan kader-kader aqidah yang ideal. Sedangkan Tujuan menyeru orang lain adalah untuk memperbanyak golongan mukminin yang benar, yang satu sama lainnya saling berkasih saying, yang memiliki dasar keimanan yang kokoh.
Tegakkan Keluarga Muslim
- Memilih calon Pasangan: Rasulullah bersabda:”Wanita itu dinikahi karena empat unsur: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dank arena agamanya. Maka kamu hendaknya memilih wanita yang beragama, agar kamu berbahagia”
- Beriltizam dengan ketentuan Islam
- Kebahagiaan Keluarga yang dicita-citakan: Allah telah berfirman: “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya di antara kamu rasa kasih sayang” (Ar-Rum:21)
- Perkawinan itu Ibadah
- Perkawinan itu saling percaya mempercayai
- Perkawinan adalah sebuah syarikat yang dipimpin suami
- Perkawinan adalah tanggung jawab dan amanah
- Rumah tangga Muslim merupakan Risalah
- Rumah tangga muslim sebagai pusat pancaran cahaya
Marilah bersaudara
- Binalah persaudaraan karena Allah
- Saling ingat mengingatkan antara kita
- Galakkanlah Mekanisme saling mewasiati
- Hendaknya tetap dalam jalan dakwah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar