Sabtu, 27 Agustus 2016

BAHAGIA ITU UNCONDITIONAL


BAHAGIA yang ABADI itu MUSTAHIL didapatkan oleh siapapun.

Kita SEMUA pasti PERNAH mengalami KEBAHAGIAAN, pernah mengalami KESEDIHAN.

Jika saat ini kita sedang SANGAT BAHAGIA, bersiap siaplah, cepat atau lambat, kita akan mengalami KESEDIHAN, sebaliknya juga, Saat kita sedang dirundung KESEDIHAN, bersiap siaplah kita akan dipertemukan dengan kebahagiaan.

HIDUP berPUTAR dan MELAJU terus tanpa HENTI.

Ada orang yang mencari BAHAGIA KEDISKOTIK setiap hari.
Ada Orang yang mencari BAHAGIA ketempat karaoke setiap hari.
Ada Orang yang mencari BAHAGIA pergi keluar negeri setiap bulan. Sejenak, hal hal itu memang bisa menghilangkan penat dan beratnya beban.

Namun, lagi lagi, itu tidak akan bertahan lama karena selalu terjebak pada bahagia yang "Jika". Jika punya Mobil, saya BAHAGIA.

Jika punya uang banyak, saya bahagia.
Jika berpesta kediskotik , saya bahagia.
Jika memiliki cincin permata, saya bahagia.
Jika Lingkungan Kerja Kondusif, Saya Bahagia.

Bahagia yang menggunakan Kata " Jika" adalah bahagia yang bergantung pada apa yang terjadi di luar diri. Ia adalah yang melekat.

Dimanapun Kita Berada, dan Kapanpun, kita tidak akan pernah bisa menemukan BAHAGIA jika terus berpikir bahwa bahagia itu berada di luar DIRI KITA. Kita akan lelah jika terus menggantungkan kebahagiaan kita pada situasi yang kita Temui setiap hari, orang orang yang kita temui setiap hari.
 "You Can be happy if you accept things as they are.
 Yang bisa membuat diri kita bahagia adalah DIRI KITA SENDIRI.

Orang lain tidak bisa membuat kita BAHAGIA.
Uang yang kita miliki tidak bisa membuat kita bahagia.

Tanggung jawab kebahagiaan ada di Tangan DIRI KITA SENDIRI.

Sonja Lyubormirsky, Penulis buku The How of Happiness, memaparkan penelitian ILMIAH yang digunakan untuk meningkatkan hal yang dinamakan KEBAHAGIAAN.
Ia mengatakan bahwa kebahagiaan itu ternyata 50% ada hubungannya dengan faktor Genetis (genetic tendencies). Sebanyak 10% pengaruh dari situasi dan kejadian diluar diri kita (circumtance).
Dan, 40% karena kemampuan DIRI KITA dalam mengendalikan diri (Self-Control). Yang 40% inilah yang menjadi tanggungjawab kita.
Jika kita perhatikan, faktor yang munculnya dari luar hanyalah 10%.
Faktor dominan adalah faktor  GENETIK dan Faktor Pengendalian Diri. Kita tidak terlalu peduli dengan masalah GENETIS. Kita hanya PEDULI pada faktor PENGENDALIAN DIRI.
Mengapa?
Karena ia ada dalam LINGKAR kendali kita, bukan di luar kendali KITA.
BAHAGIA itu datangnya dari dalam diri. Bahagia itu bisa dipelajari karena BAHAGIA adalah Bagaimana kita mengendalikan diri (self-control).
Kemampuan kita mengendalikan mengendalikan diri sangat ERAT hubungan KITA dengan Allah Swt.

Ketenangan hanya dapat ditemukan saat HATI terkoneksi dengan SANG PENCIPTA (Spiritual Conection).
KITA MENJALANKAN APA YANG DIPERINTAHKAN DAN MENGHINDARI APA YANG DILARANG.

Disinilah HAKIKAT KEBAHAGIAAN yang HAKIKI dan SEJATI.
Belum pernah ada ditemukan Orang yang terampil Mengendalikan DIRI  untuk BAHAGIA yang HATINYA tidak terpaut pada ALLAH SWT.
Kalaupun ada, Pasti itu hanya dipermukaannya.
Di dalam dirinya pasti Bergemuruh, seperti yang terjadi didalam GUNUNG BERAPI, Di LUAR TAMPAK TENANG, Di DALAM BERKECAMUK HEBAT.
ALA BIDZIKRILLAH TATHMAINNUL QULUB ( KETAHUILAH DENGAN BERDZIIKIR KEPADA ALLAH HATI MENJADI TENANG )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar