Selasa, 27 Januari 2015

The Last Samurai

The Last Samurai merupakan sebuah film yang bercerita tentang sebuah kebudayaan Jepang. Kebudayaan yang berusaha dihilangkan dengan alasan modernisasi dan terinspirasi oleh negara barat. Semua berawal ketika Kapten Nathan Algren (Tom Cruse) disuruh untuk melatih pasukan jepang untuk melawan para samurai. Para samurai dianggap sebagai kaum pemberontak dikarenakan mereka membantah sang Kaisar dengan kebijakannya yang melarang penggunaan pedang dalam sehari-hari. Disini kaum samurai dipimpin oleh Katsumoto (Watanabe Ken) mencoba mempertahankan budayanya mereka.
Perang antara pasukan jepang yang masih amatiran dalam segi berperang yang dipimpin oleh Kapten Algren dan para kaum samurai yang dipimpin oleh Katsumoto tak dapat terelakkan. Berakhir dengan ditawannya Kapten Algren oleh kaum Samurai. Disini saya melihat dalam memperlakukan seorang musuhnya, Katsumoto memperlakukan selayaknya dia adalah keluarga. Itulah kebudayaan mereka, menghormati sebagai tamu meskipun itu adalah musuhnya.
Ketika di tawan, kapten Algren merasakan sebuah kedamaian di desa kaum Samurai ini. Kedisiplinan dan keteraturan sangat terasa ketika dia mengelilingi desa ini. Riuh pikuk perkotaan tidak terasa disini, itu yang membuat dia merasakan bahwa telah terjadi hubungan spiritual dengan alam.
Disini lah dia mempelajari bahwa yang terjadi sebenarnya adalah, Amerika (negara barat) mencoba untuk membuat strategi dagang (senjata mesin) dengan jepang yang juga membuat Kaisar jepang bingung tentang apa yang harus dia prioritaskan, modernisasi atau kebudayaannya. Akhirnya sejak saat itu Kapten Algren memilih untuk berada di pihak Katsumoto untuk mempertahankan kebudayaannya.
Kehidupan bersama para Samurai dia jalani hingga akhir musim dingin. Kapten Algren secara tidak langsung telah membentuk sebuah karakter baru, seorang samurai.Benar ternyata bahwa kepribadian kita itu dibentuk oleh lingkungan kita sendiri.
Perang pun tak dapat dihindari. Katsumoto berusaha mempertahankan prinsipnya tentang jati dirinya, dan para petinggi kerajaan juga telah dibutakan dengan perjanjian-perjanjian oleh negara asing tentang modernisasi. Pasukan Samurai Katsumoto kalah telak. Diakhir perang Katsumoto terduduk untuk melakukan ritual menghunuskan pedang sebagai tanda dia telah kalah di perang ini sebagai bentuk menjaga kehormatannya dengan dibantu oleh Kapten Algren. Pasukan Jepang yang dihadapi oleh Katsumoto pun berlutut pula sebagai bentuk penghormatan terakhirnya kepada orang yang berusaha menjaga kebudayaan bangsanya sendiri.
Sepanjang film, dua hal ini sangat berjalan berdampingan sehingga sulit untuk dipisahkan. Para Samurai memiliki idealisme yang terkait erat dengan budaya nenek moyang yang telah mereka tanamkan secara turun temurun, terikat kuat dibalik jubah perang dan dalam setiap sabetan pedang mereka. Ide idealisme ini membentuk sebuah kebudayaan yang tergambar dari sikap mereka menjalani kehidupan sehari-hari, mulai dari berkeluarga sampai bertata-negara (politik.). Setiap laki-laki terlahir untuk menjadi Samurai dan hidup berjuang demi kelestarian budaya nenek moyang mereka. Para Samurai menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh kedisiplinan, berlatih tanpa lelah dan tanpa tahu diri sudah sehebat apa mereka memainkan pedangnya.  Gara-gara idealismenyamereka rela jika harus bunuh diri lantaran tidak kuat menahan rasa malu akibat kalah bertempur di medan perang.
Politik juga tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kehidupan mereka. Cara mereka berpolitik lagi-lagi berdasarkan dari idealisme mereka terhadap budaya nenek moyang yang (sekali lagi) telah tertanam kuat dalam setiap sendi kehidupan mereka. Jadi ketika ada sebagian atau bahkan sebagian besar dari mereka yang berkhianat mereka tidak akan segan untuk memberontak dan melawan. Tidak kenal apapun yang mereka hadapi. Meskipun meriam canggih buatan Jerman, machine gun, dan ratusan ribu tentara, mereka akan tetapi hadapi dengan sebilah pedang mereka yang penuh dengan tekad dan keberanian. 


Divergent

Divergent , merupakan film aksi yang menceritakan tentang manusia dewasa yang dibagi menjadi tujuh kelompok yang terdiri dari lima kelompok resmi dan dua kelompok tidak resmi. Kelompok resmi ini biasa disebut dengan faksi yang ada dalam tatanan kehidupan masyarakat berdasarkan sifatnya, yang terdiri dari, Candor, Amity, Erudite, Dauntless danAbnegationCandor beranggotakan orang-orang yang jujur. Amity berisikan orang-orang yang cinta damai. Erudite merupakan tempat orang-orang pintar berada yang pekerjaannya adalah melakukan penelitian dan eksperimen. Dauntless merupakan kumpulan orang-orang yang berani sehingga pekerjaannya adalah polisi atau penjaga keamanan. Abnegation merupakan gabungan orang-orang yang punya sifat mementingkan kepentingan bersama sehingga pekerjaannya adalah menjalankan pemerintahan. Kelompok tidak resmi terdiri dari non faksi dan Divergent. Non faksi merupakan kelompok orang-orang buangan atau semacam gelandangan. Sedangkan Divergent merupakan kelompok orang-orang yang memiliki sifat dua atau lebih dari lima sifat yang ada pada kelompok resmi, misalnya orang yang mempunyai sifat Candor dan Amity.
Beatrice (Shailene Woodley) dan kakaknya yang bernama Caleb sudah menginjak usia remaja dan menurut aturan yang berlaku harus memilih kelompok mana yang sesuai dengan sifatnya. Mereka berdua tinggal bersama orangtuanya yang berada dalam kelompok Abnegation. Dididik untuk membantu dan menolong terhadap sesama manusia dan selalu mengalah. Semua orangtua berharap bahwa anaknya akan mengikuti jejak orangtuanya, demikian juga orangtua Beatrice dan Caleb.
Sebelum hari ‘H’ pemilihan maka diadakan tes untuk mengetahui sifat dasar dan kepribadiannya melalui simulasi alam bawah sadar. Hasil tes Beatrice cocok sebagai AbnegationDauntless sekaligus Eredite sehingga masuk dalam kategori Divergent. Sang penguji menginformasikan bahwa sebagai seorang Divergent maka Beattrice harus merahasiakannya karena merupakan ancaman pada kelompok lainnya dan akan dicari-cari untuk dibunuh. Untuk itu sang penguji menyarankannya untuk memilih Abnegation saja dan merekayasa hasil tes dengan Abnegation.
Hari ‘H’ pemilihan sudah tiba, Caleb dipanggil untuk memilih dan ternyata pilihannya jatuh pada kelompok Erudite. Selanjutnya Beatrice dipanggil dan pilihannya jatuh pada kelompok Dauntless. Tentu saja kedua orangtuanya tampak kecewa karena ini berarti harus berpisah dengan anak-anaknya. Semboyan kepentingan faksi diatas kepentingan keluarga benar-benar membuat orangtuanya tidak berkutik.
Keputusan Beatrice telah dibuat dan bergabung dengan kelompok Dauntless. Tidak mudah untuk menjadi kelompok tersebut masih ada proses inisiasi dan eliminasi. Untuk bepergian harus berlarian mengejar kereta api yang berjalan dan untuk keluarnya harus melompat dari kereta api serta harus menjatuhkan diri dari gedung bertingkat. Setiap hari dalam pelatihan akan dinilai dan pada hari terakhir akan ada yang dieliminasi.
Beatrice kini berganti nama menjadi Tris dan mempunyai instruktur bernama Four (Theo James). Four sendiri merupakan anak dari Marcus seorang ketua Abnegation. Saat akan membuat tato, kebetulan Tris bertemu dengan pengujinya dulu. Penasaran akan hal itu Tris mendesaknya untuk menjelaskannya. Pengujinya mempunyai saudara yang hasil tesnya masuk kategori Divergent. Ketika ada yang tahu maka keesokan harinya saudaraya telah dibunuh sebab dia merupakan ancaman bagi kestabilan sistim yang telah ada.
Latihan setiap hari cukup berat. Bertarung satu lawan satu dengan teman sendiri dan harus ada yang kalah. Belajar menembak dan melempar pisau. Simulasi akan rasa takut yang dihadapi. Simulasi peperangan merebut bendera. Belum lagi adanya penghianatan dari temannya sendiri. Namun instruktur lain yang bernama Eric justru mengintimidasi Tris sehingga rangkingnya berada di zona eliminasi. Kondisi Tris memang lemah dibanding yang lain tetapi ia cepat belajar sehingga bisa keluar dari zona eliminasi.
Four yang tahu bila Tris seorang Divergent, mengajarinya untuk menjadi seorang Dauntless terutama dalam ujian akhir yang akan dilihat oleh banyak orang. Seorang Dauntless akan menyelesaikan masalah dengan alat bukan dengan pikiran seperti yang selama ini dilakukannya. Walaupun selama ini memegang rekor tercepat dalam simulasi tetapi akan mengundang kecurigaan dari orang-orang dan akan tahu identitasnya. Artinya bila menyelesaikan ujian terlalu cepat maka akan ketahuan identitasnya namun bila menyelesaikan ujian terlalu lama maka tidak lulus. Akhirnya ujian dilalui dan dinyatakan lulus pada hari terakhir.


Transendence

Transcendence merupakan film science-fiction yang mengangkat cerita tentang pasangan Dr. Will Caster & Evelyn Caster yang berambisi untuk menciptakan kecerdasan buatan yang mampu membuat dunia menjadi lebih baik : menyembuhan kanker, memulihkan alam, dan sebagainya. Namun insiden terjadi, kolega dan tim mereka dibunuh oleh sebuah organisasi ekstrem anti-teknologi yang dipimpin Bree. Bahkan Dr. Will Caster sekarat karena tertembak. Evelyn tidak siap kehilangan suaminya, sehingga ia mengajak sahabat mereka Max Waters untuk membuat eksperimen memindahkan kesadaran Will ke dalam PINN — sebuah prosesor yang sangat amat cerdas buatan Will. Ketika percobaan ini berhasil, Will hidup di dalam PINN, meminta untuk dihubungkan dengan internet. Ketika Max merasa semua ini tidak benar, ia diusir oleh Evelyn yang sudah terlanjur bahagia karena dapat bersama suaminya lagi. Rekening Evelyn telah diisi oleh Will dan mereka memperluas pekerjaan mereka di kota terpencil, Brightwood. Impian mereka menjadi kenyataan ketika 2 tahun kemudian Will menemukan nanotechnology yang mampu menyembuhkan orang seketika. Namun obsesi Will menjadi terlalu bahaya karena akan membawa evolusi besar-besaran di dunia, Evelyn pun disadarkan oleh Max, Joseph Tagger, Agen FBI Buchanan.
Konsep cerita yang diangkat Transcendence sebenarnya cukup menarik, terlepas dari tema yang sudah umum di dunia scifi. Debut penyutradaraan Wally Pfister yang biasanya menjadi cinematographer dari film-film Christopher Nolan juga berhasil menyajikan visual yang artistik. Banyak potongan-potongan gambar yang indah dan meyakinkan. Namun sayang, naskah film ini terlalu lemah, dan penyutradaraan Wally Pfister masih terasa kaku, meskipun Christopher Nolan menjadi produsernya.
Memilih untuk menyajikan cerita secara flashback tidak terlihat sebagai keuntayungan film ini. Narasi Max Waters di awal terasa kaku, tidak memberikan rasa penasaran pada penonton. Bahkan pada akhirnya secara logika tetap tidak dapat dimengerti, mengapa akhirnya listrik di seluruh dunia harus mati? Penonton terasa sulit mengikuti lompatan teknologi yang diceritakan dalam Transcendence, sehingga banyak yang terasa tidak logis. Nanotechnology yang diceritakan pun lebih mendekati “sihir” daripada kecanggihan teknologi. Sulit memahami mengapa dengan menyembuhkan para manusia itu, mereka jadi terikat dengan Will? Mengapa nanotechnolgy bisa membuat mereka menjadi sangat kuat? Bahkan pada akhirnya, apakah mungkin virus yang diciptakan dalam waktu singkat bisa menghancurkan Will yang tampak sebagai maha-hadir dan maha-kuat?
Pendalaman karakter di sini pun terasa datar. Johnny Depp mungkin tidak dapat berbuat banyak karena di separoh lebih film ia hanya tampil close-up di layar, berperan sebagai suatu mesin yang tidak memiliki ekspresi dan emosi seperti manusia. Seperti itu juga akting Johnny Depp yang tidak terlalu berarti dalam film ini. Chemistry-nya dengan Rebecca Hall juga terasa sangat palsu, tidak dapat membangkitkan rasa romantis sama sekali. Sebenarnya akting Hall tidaklah buruk, tetapi peran yang ia pegang memang berat, sehingga tidak heran bila tuduhan terberat jatuh kepadanya, karena tampaknya ia belum mampu memegang peran sepenting itu. Morgan Freeman dan Cillian Murphy jelas disia-siakan dalam film ini. Peran mereka sebagai figuran tidak mendapatkan jatah yang sepantasnya, sehingga karakter mereka hanya tampak seperti tempelan. Yang paling mending dalam film ini adalah Paul Bettany, itu pun karena ia muncul sebagai “jagoan” dalam film ini. Singkat cerita, sepertinya percuma budenganet yang besar dihamburkan untuk membayar para artis ini, karena mereka tidak mendapatkan porsi yang sepadan dengan besarnya gaji mereka.




Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs And Ownership Structure Michael C. Jensen and William H. Meckling (1976)

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya berbagai upaya yang telah dibuat untuk membangun teori perusahaan dengan menggantikan model lain untuk memaksimalkan keuntungan atau nilai, ternyata belum memadai untuk menjelaskan perilaku manajerial di perusahaan besar. Selanjutnya beberapa upaya reformulasi telah menolak prinsip dasar memaksimalkan perilaku serta menolak model memaksimalkan keuntungan yang lebih spesifik.
Jurnal ini merupakan jurnal yang mengintegrasikan elements dari teori keagenan, teori kepemilikan, dan teori keuangan untuk mengembangkan teori struktur kepemilikan perusahaan. dalam jurnal ini juga menjelaskan hubungan keagenan di dalam teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer (agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut.
Jensen dan Meckling mendefinisikan konsep biaya agen (agency costs), menunjukkan hubungannya dengan masalah pemisahan & kontrol, menyelidiki sifat dari biaya agen yang dihasilkan oleh hutang dan diluar ekuitas, menunjukkan siapa yang menanggung biaya dan mengapa. Hubungan keagenan ini mengakibatkan 2 permasalahan adanya Information Asymmetry dan Conflict of interest. Masalah agensi ini terjadi antara principal & agent berasal dari pemisahan kepemilikan dan pengawasan. Agency cost terdiri atas iga bagian yaitu monitoring cost, bonding cost dan residual loss.
Monitoring cost merupakan biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. Misalnya mengurangi aliran kas bebas dengan meningkatkan hutang & distribusi kas ke pemegang saham melalui dividen atau pembelian kembali saham. Bonding cost merupakan biaya yang  ditanggung oleh agent untuk menePATkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. Misalnya meningkatkan pembayaran dividen dan jumlah hutang. Sedangkan residual loss merupakan Pengorbanan yang berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent dan keputusan principal.
Disini ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran divergence yaitu Agency costs yang juga  tergantung pd pembiayaan pengukuran kinerja agent, evaluasi kinerja agent, planning costs, penerapan indeks untuk kompensasi agent yang berkorelasi dengan kesejahteraan principal, dan biaya penentuan kebijakan, serta pasar, peningkatan penggunaan hutang dapat mengurangi masalah agensi antara manajer dengan pemegang saham. Semakin besar tingkat insider ownership suatu perusahaan, maka semakin tinggi tingkat keselarasan (alignment) dan kemampuan kontrol terhadap kepentingan antara manajer dengan pemegang saham.
Dalam artikel ini  ditemukan bahwa agency costs muncul karena principal ingin memastikan apakah agent mengambil keputusan yang sesuai dengan kepentingannya. Untuk mencapai maksud itu, principal dapat menggunakan insentif kompensasi dan melakukan monitoring (monitoring cost). Sebaliknya manajer jg akan termotivasi untuk memberikan jaminan kepada principal (bonding cost). Adanya perbedaan keputusan agen dengan keputusan yang menghasilkan manfaat maksimal bagi principal. Perbedaan nilai keputusan ini disebut Residual Loss. Agency Cost adalah total monitoring cost, bonding cost dan residual cost. Untuk mendapatkan hal di atas maka harus memanfaatkan kemajuan terbaru dalam teoriseperti (1) property rights, (2) agency, (3) finance, untuk mengembangkan teori struktur kepemilikan bagi perusahaan. Selanjutnya yaitu dengan mengikat berbagai elemen dari ketiga teori dengan cara mengembangkan teori secara bertahap. Awalnya menganalisa biaya agensi dari ekuitas dan hutang. Ini adalah dasar utama dari teori. Serta memberikan sintesis dari konsep dasar ke dalam teori struktur kepemilikan perusahaan yang mempertimbangkan tradeoff antara inside dan outside equity dan hutang.


Desain Re/Dekonstruksi Akuntansi

Kita mengetahui bahwa akuntansi itu merupakan sebuaah ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan itu tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai yang membentuk ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun yang terjadi serang bahwa akuntansi hanya sekedar ilmu pengetahuan tanpa diikat oleh nilai-nilai.
Akuntansi saat ini hanya dipandang sebagai sebuah alat untuk memenuhi keinginan investor, kreditor, ataupun pemegang saham, sehingga dalam aktivitas operasionalnya hanya tertuju pada hal-hal yang bersifat material saja, dan tentu dalam tahap ini, ada teori-teori yang digunakan sebagai landasan ataupun pijakan untuk melancarkan segenap tugas demi memuaskan keinginan para pemangku kepentingan.
Teori-teori tersebut antara lain theory of agency, theory of property rights, Theory of finance, theory of the ownership structure of the firm,  dan lain sebagainya. Teori-teori ini menurut saya, terlalu berlebihan. Mengapa? Karena teori-teori ini hanya menilai hak dari prinsipal saja, tanpa memperhatikan hak-hak agen.
Ketika hal ini terjadi, maka agenpun bisa saja melakukan hal-hal yang lain yang tidak diketahui oleh prinsipal, hal ini otomatis bisa menimbulkan lahirnya asimetri informasi antara agen dan prinsipal. Selain itu teori ini sepertinya merupakan ideologi yang terlalu materialitas, terlalu memuji setinggi langit lembaga kepemilikan swasta tanpa memperhatikan human rights dan property rights.
Pada saat ini mungkin pada sebagian orang uang merupakan atau bahkan menjadi perhatian utama. Seseorang mungkin melakukan sebuah kegiatan entah itu usaha hanya untuk mindapatkan uang. Memang pada dasarnhya tidak salah jika seseorang melakukan sebuah aktivitas ataupun usaha tersebut untuk mendapatkan uang.
Namun yang jadi permasalahan dini adalah tentang bagaimana caranya seseorang itu mendapatkan uang? Apakah uang itu diperoleh dari cara yang halal? Apakah uang itu diperoleh dari cara yang baik? Apakah melalui cara yang tidak halal? Apakah melalui cara yang tidak baik? Atau malah diperoleh dari cara-cara yang tidak halal dan juga tidak baik? Wallahu’alam.
Nah, di sini perlu ada sesuatu yang baru dalam akuntansi. Harus ada nilai-nilai dalam akuntansi. Walaupun sebenarnya akuntansi itu sendiri tidak terlepas dari nilai-nilai, namun perlu ditekankan bahwa nilai-nilai dalam akuntansi itu harus digali, harus ditumbuhkan, bahkan harus dikembangkan.
Dari nilai-nilai ini maka akan tumbuh sebuah ide baru, sebuah solusi baru, bukan hanya berkutat pada angka-angka material, bukan hanya tertuju pada laba yang besar/ tinggi, bukan hanya sekedar untuk mementingkan serta memuaskan pemangku kepentingan saja, namun lebih dari itu.
Akuntansi sebagai sesuatu yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang lebih memperhatikan, yang lebih mempertimbangkan hak-hak manusia yang lainnya, tidak egois, tidak mementingkan diri sendiri, saling menopang satu sama lain, saling terbuka, saling mengasihi, menjunjung sportivitas, menjunjung nilai-nilai keadilan, nilai kejujuran, nilai kebersamaan, nilai-nilai kearifan lokal yang disesuaikan dengan adat dan istiadat setempat, dan terlebih lagi akuntansi itu seharusnya tidak terlepas dari adanya nilai-nilai “ke-Tuhan-an”, nilai-nilai sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada Allah, nilai-nilai ibadah dalam setiap aktivitasnya.
Berdasarkan pada hal ini, maka akuntansi bukan hanya sekedar berputar pada uang, pendapatan, biaya, laba ataipun rugi. Namun selayaknya dalam akuntansi harus ada nilai-nilai, entah itu nilai spiritualitas, religiusitas, nilai-nilai sosial, budaya, politik, hukum dan lain sebagainya dalam akuntansi karena pada hakikatnya akuntansi itu tidak terlepas dari nilai.

Kamis, 15 Januari 2015

INDONESIA TANPA KORUPSI? WHY NOT!!!


Bagaimanapun kondisi kita, dimanapun kita berada, kapanpun  waktunya, dan apapun situasinya kita harus memegang taguh tali agama Allah. Kita tidak boleh lengah sedikitpun. Karena setan tak pernah istirahat sejenak untuk mengganggu manusia ke jalan yang sesat.
(Sri Apriyanti Husain)

Korupsi merupakan salah satu hal yang menyababkan negara kita, Negara Indonesia ini mengalami keterlambatan dalam perekonomian negara. Bagaimana tidak? dari tahun ke tahun semakin banyak pelaku kasus korupsi yang merajalela di Bumi Indonesia. Mulai dari kasus kecurangan, pencurian, pencucian uang, penggelapan uang, dan lain sebagainya.
Sebagaimana data yang disampaikan oleh KPK terkait pelaku korupsi per 31 oktober 2014 dimana KPK menangkap tersangka kasus korupsi dari berbagai macam profesi mulai dari kepala Lembaga/ Kementrian sebanyak 8 orang, swasta 12 orang, Walikota/ Bupati/ Wakil sebanyak 9 orang, Hakim sebanyak 2 orang, Anggota DPR/DPRD sebanyak 3 orang, dan eselon I/ II/ III sebanyak 1 orang. Per 31 oktober 2014, KPK juga melakukan penyelidikan terhadap 73 perkara, penyidikan 49 perkara, penuntutan 37 perkara, inkracht 34 perkara, dan eksekusi 40 perkara. Dan dengan demikian dari tahun 2004 sampai tahun 2014 ada penyelidikan 658 perkara, penyidikan 402 perkara, penuntutan 314 perkara, inkracht 277 perkara, dan eksekusi 287 perkara. Selanjutnya yang dilaporkan oleh Indonesia Corruption Watch bahwa potensi kerugian negara akibat korupsi di tahun 2013 adalah sebesar Rp. 7.300.000.000 (Sumber: www.kpk.go.id). Uang rakyat yang hilang itu seharusnya bisa digunakan untuk membangun sekolah, pemberian beasiswa bagi siswa ataupun mahasiswa berprestasi atau kurang mampu, pengembangan daerah-daerah terpencil, pengobatan gratis bagi masyarakat kurang mampu, memperbaiki fasilitas publik, dan lain sebagainya.
Memerangi korupsi memanglah tidaklah mudah. Butuh sebuah perubahan kearah yang lebih baik, niat yang ikhlas, butuh keseriusan, kesungguhan hati, dan komitmen yang tinggi terhadap penegakkan dan pemberantasan korupsi. Siapa yang harusnya memulai itu semua? Jawabannya adalah kita sendiri yang memulai setiap perubahan itu.
Saya merasa bingung dengan para koruptor skarang. Entah mereka sadar ataupun tidak dengan tindakan yang telah mereka perbuat. Namun Jika saja para koruptor paham akan hakikat kehidupan di dunia ini hanya bersifat sementara, dan yang kekal itu ialah kehidupan akhirat, maka selayaknya para koruptor tidak tergiur dengan sesuatu yang bersifat material saja, karena pada dasarnya tak ada yang abadi di dunia ini, tak ada yang bersifat mutlak dan keabadian sejati hanyalah milik Allah dan sesungguhnya semuanya akan kembali kepada Allah.
Ada yang mengatakan bahwa korupsi terjadi karena kurang tegasnya aturan dan hukuman yang diberlakukan pemerintah terkait kasus korupsi. Namun jika kita merenung sejenak, kita akan menemukan bahwa seketat apapun aturan yang dibuat, setegas apapun hukumannya, namun jika individu atau masing-masing orang tidak memiliki kesadaran diri akan jadi dirinya sebagai seorang manusia, mengetahui akan hak dan kewajiban yang yang harus dipenuhi dan dilaksanakan, maka aturan, undang-undang, hukuman ataupun peraturan pemerintah yang lainnya tersebut menjadi tak berguna.
Kita sebagai manusia, bisa mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi. Kembali lagi kitalah yang menanamkan pada diri kita bahwa korupsi itu merupakan perbuatan yang tidak baik, banyak orang dan banyak hal yang akan dikorbankan mulai dari materi, suami/ istri, anak, keluarga, saudara, tetangga, kerabat, sahabat, dan terlebih lagi adalah mengorbankan diri sendiri.
Mari wujudkan Indonesia bebas korupsi mulai dari diri sendiri, mulai saat ini, dan dimulai dari hal-hal yang kecil.
Ingin Indonesia Bermartabat? Stop Korupsi
Ingin Indonesia Maju? Stop Korupsi
Ingin Indonesia Sejahtera? Stop Korupsi
Ingin Indonesia Bangkit? Stop Korupsi
Ingin Indonesia Luar Biasa? Stop Korupsi
Ingin Indonesia Bermoral? Stop Korupsi
Indonesia Tanpa Korupsi? Why Not!!!

Rabu, 14 Januari 2015

"Apresiasi"

Seorang anak muda mendaftar untuk posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Dia lulus interview awal, dan sekarang akan bertemu dengan direktur untuk interview terakhir.
Direktur mengetahui bahwa dari cvnya, si pemuda memiliki akademik yg baik. Kemudian dia bertanya" apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah ?" Kemudian si pemuda menjawab tidak.
"Apakah ayahmu yg membayar uang sekolah ?"
"Ayah saya meninggal ketika saya berumur 1 tahun, ibu saya yang membayarkannya"
"Dimana ibumu bekerja ?"
"Ibuku bekerja sebagai tukang cuci."
Si direktur meminta si pemuda untuk menunjukkan tangannya. Si pemuda menunjukkan tangannya yg lembut dan halus.
"Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju ?"
"Tidak pernah, ibuku selalu ingin aku untuk belajar dan membaca banyak buku. Selain itu, ibuku dapat mencuci baju lebih cepat dariku."
Si direktur mengatakan "aku memiliki permintaan. Ketika kamu pulang ke rumah hari ini, pergi dan cuci tangan ibumu. Kemudian temui aku esok hari."
Si pemuda merasa kemungkinannya mendapatkan pekerjaan ini sangat tinggi. Ketika pulang, dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran, senang tetapi dengan perasaan campur aduk, dia menunjukkan tangannya ke anaknya.
Si pemuda membersihkan tangan ibunya perlahan. Airmatanya tumpah. Ini pertama kalinya dia menyadari tangan ibunya sangat berkerut dan banyak luka.Beberapa luka cukup menyakitkan ketika ibunya merintih ketika dia menyentuhnya.
Ini pertama kalinya si pemuda menyadari bahwa sepasang tangan inilah yg setiap hari mencuci baju agar dirinya b8sa sekolah. Luka di tangan ibunya merupakan harga yg harus dibayar ibunya untuk pendidikannya, sekolahnya, dan masa depannya.
Setelah membersihkan tangan ibunya, si pemuda diam2 mencuci semua pakain tersisa untuk ibunya,
Malam itu, ibu dan anak itu berbicara panjang lebar.
Pagi berikutnya, si pemuda pergi ke kantor direktur.
Si direktur menyadari ada air mata di mata sang pemuda. Kemudian dia bertanya, " dapatkah kamu ceritakan apa yg kamu lakukan dan kamu pelajari tadi malam di rumahmu ?"
Si pemuda menjawab," saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan cuciannya"
"Saya sekarang mengetahui apa itu apresiasi. Tanpa ibu saya, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Dengan membantu ibu saya, baru sekarang saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu dengan sendirinya. Dan saya mulai mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya bantuan dari keluarga"
Si direktur menjawab,"inilah yg saya cari di dalam diri seorang manajer. Saya ingin merekrut seseorng yg dapat mengapresiasi bantuan dari orng lain, seseorang yg mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya"
"Kamu diterima"
Seorang anak yang selalu dilindungi dan dibiasakan diberikan apapun yg mereka inginkan akan mengembangkan " mental ke'aku'an" dan selalu menempatkan dirinya sebagai prioritas. Dia akan tidak peduli dengan jerih payah orangtuanya. Apabila kita tipe orang tua seperti ini, apakah kita menunjukkan rasa cinta kita atau menghancurkan anak2 kita ?
Kamu dapat membiarkan anak2mu tinggal di rumah besar, makan makanan enak, les piano, menonton dari TV layar besar. Tetapi ketika kamu memotong rumput, biarkan mereka mengalaminya juga. Setelah makan, biarkan mereka mencuci piring mereka dengan saudara2 mereka. Ini bukan masalah apakah kamu dapat memperkerjakan pembantj, tetapi ini karena kamu ingin mencintai mereka dengan benar. Kamu ingin mereka mengerti, tidak peduli seberapa kayanya orangtua mereka, suatu hari nanti mereka akan menua, seperti ibu si pemuda. Yang terpenting, anak2mu mempelajari bagaimana mengapresiasi usaha dan pengalaman mengalami kesulitan dan belajar kemampuan untuk bekerja dengan orang lain agar segala sesuatu terselesaikan.
Coba untuk melanjutkan cerita ini ke orang2 yg anda kenal. Ini mungkin dapat mengubah kehidupan seseorang

*https://www.facebook.com/linda.safitri.73/posts/857278620970741

Selasa, 06 Januari 2015

RAHASIA KEHIDUPAN

Saat kita memberi, kita akan menerima. Saat kita menolong orang lain, pada saat yang sama kita sedang menolong diri sendiri.
Apa yang kita lakukan untuk orang lain, sebenarnya kita sedang melakukan untuk diri kita sendiri.
Inilah rahasia kehidupan yang tersembunyi bagi banyak orang. Bukan karena mereka tidak melihat kebenaran ini, tapi mereka tidak mempercayainya.
Karena itu banyak orang lebih berbahagia menerima daripada memberi.
Lebih suka ditolong daripada menolong.
Hidup hanya berpusat kepada diri sendiri.
Αda ilustrasi menarik ;
Seorang buta sedang berjalan dengan tongkatnya di malam hari. Tangan kanannya memegang tongkat sementara tangan kirinya membawa lampu. Pemandangan ini cukup mengherankan bagi seorang pria yang kebetulan melihatnya.
Supaya tidak penasaran, pria itu bertanya: “Mengapa anda berjalan membawa lampu...?”
Orang buta itu menjawab: “Sebagai penerangan...”
Dengan heran pria itu bertanya lagi: “Tetapi bukankah anda buta dan tetap tidak bisa melihat jalan meski ada lampu penerangan...?”
Orang buta iτu tersenyum sambil menjawab: “Meski saya tidak bisa melihat, orang lain melihatnya. Selain membuat jalanan menjadi terang, hal ini juga menghindarkan orang lain untuk tidak menabrak saya...”
Disaat kita melakukan sesuatu untuk orang lain, sebenarnya kita sedang melakukan sesuatu untuk diri kita sendiri.
Kita diingatkan untuk tidak jemu" berbuat baik. Ini sebuah rahasia kehidupan untuk hidup yang berkelimpahan dan hidup bahagia.
Meski demikian, rahasia kehidupan ini tersembunyi bagi orang" yang egois, kikir, pelit dan melakukan sesuatu berdasarkan apa yang untung bagi diri sendiri.
Hidup Bagaikan Main Yoyo, Kita Lempar Yoyo, maka Yoyo Akan Kembali Pada Diri kita
Barakallohu wa fikkum